Tempat kita bekerja merupakan tempat kedua yang akan sering kita kunjungi setelah rumah. Dalam hal ini, lingkungan kerja yang sehat sangat dibutuhkan, dan sangat mempengaruhi kinerja serta kesehatan mental. Tapi, tidak memungkiri bahwa adanya lingkungan kerja yang tidak sehat hadir di antara kita.
Berikut tanda lingkungan kerja yang toxic yang mungkin kamu rasakan.
Beban kerja tidak realistis
Setiap kegiatan tentu ada bebannya masing-masing.
Berkaitan dengan beban, lingkungan kerja yang toxic akan memberimu beban kerja yang berlebihan dan di luar nalar.
Sebagai contoh, atasanmu selalu mengharapkan hasil yang optimal, sehingga setiap pekerjaan yang kamu lakukan selalu memerlukan revisi. Pasalnya, revisi yang diberikan atasanmu tidak akan berhenti hingga dia merasa cukup. Bahkan atasanmu pun tidak memberi arahan mana yang kurang dan harus diperbaiki.
Gimana? Apa kamu merasa demikian ketika bekerja?
Baca juga: Produktif Gak Selalu Positif? Kenali Toxic Productivity Beserta Cara Mengatasinya!
Pekerjaan di luar jam kerja
Normalnya, seseorang bekerja 8 jam sehari, mulai dari Senin hingga Jumat/Sabtu.
Lingkungan kerja yang toxic tidak akan membiarkanmu beristirahat di luar jam kerja. Seseorang dari tempatmu bekerja tidak tahu batasan dan terus memintamu melakukan pekerjaan di hari Minggu.
Hal tersebut tidak bisa ditoleransi karena menggambil hakmu untuk beristirahat. Lagi pula, kamu punya kewajiban lain selain menjadi pekerja, bukan?
Adanya perundungan/pelecehan
Jika lingkungan kerjamu sudah melanggengkan kebiasaan untuk menjelek-jelekkan orang lain, maka tempatmu sudah tidak sehat.
Adanya perundungan hingga pelecehan sudah cukup jelas untuk menjadi alasan resign dari tempatmu bekerja. Apalagi tidak adanya pihak yang berani melapor dan takut pada seseorang yang berkuasa.
Baca juga: Hindari Lima Kalimat Toxic Positivity Berikut dan Ketahui Dampaknya
Bos yang suka meremehkan
Bos atau atasan adalah pilar bagi perusahaan. Jika bosmu sudah tidak berperilaku benar, kemungkinan besar sikap tersebut akan terbawa hingga rekan kerja lainnya.
Meremehkan di sini berarti menganggap sesuatu sebagai hal sepele, seperti izin sakit yang tidak diterima karena masih bisa bekerja dengan duduk, atau tidak mendapat cuti haid bagi pekerja perempuan.
Aturan yang tidak konsisten
Peraturan dibuat untuk dipatuhi. Agar perusahaan berjalan tetap pada jalurnya dan tidak ada pelanggaran yang merugikan.
Namun, jika aturan tersebut sudah banyak yang melarang dan tidak adanya konsistensi dalam pelaksanaan, lingkungan kerja tersebut sudah toxic.
Sebagai contoh, jika aturan masuk jam kerja pada pukul 08.00, semua pekerja harus serempak datang ke kantor sebelum jam tersebut. Jika tidak, maka akan dikenakan sanksi. Namun ada pengecualian bagi supervisi dengan alasan sedemikian rupa.
Jika sudah seperti ini, ada baiknya untuk mengevaluasi bersama.
Gimana Sobat Minca? Apa kamu merasa tanda tersebut sudah hadir di lingkunganmu? Semoga tidak, ya! Jika iya, ada baiknya kamu mulai menegur rekan kerja yang bersangkutan. Jika masih tidak bisa diluruskan, lebih baik mencari tempat kerja yang lain demi menyelamatkan kesehatan mentalmu, ya!
Jangan lupa untuk follow akun Instagram, LinkedIn, Facebook, Twitter, Youtube, dan Official Account LINE dari Campuspedia biar kamu up to date perihal informasi seputar kampus, karir, dunia mahasiswa, beasiswa, dan hal menarik lainnya!