Credit Photo: www.iuli.ac.id
Menjadi ketua organisasi? Terdengar keren di telinga mahasiswa, utamanya mahasiswa baru. Berorasi sepenuh hati, menginspirasi segala kalangan, menjadi tokoh di kampus, hingga semerbak namanya dikenal di mana-mana. Pantas, bila banyak yang mengatakan salah satu standar keren seorang mahasiswa adalah menjadi ketua organisasi, BEM, maupun Himpunan.
Bahkan tak jarang, pemilihan ketua BEM menjadi ajang untuk unjuk eksistensi kelompok tertentu. Bahwa kelompok tersebut paling eksis sebagai penguasa kampus. Banyak orang bermimpi ingin menjadi ketua organisasi, faktanya sedikit orang-orang yang berpikir pasal konsekuensi.
Memang, sepertinya menyenangkan bila semua kalangan mengenal sebagai sosok ketua organisasi. Sebuah kebanggaan bila berhasil menyingkirkan lawan untuk mencapai tampuk kekuasaan. Seolah-olah segala peluh kesah dalam memungut suara demi suara terbayar semua ketika telah dilantik menjadi ketua organisasi. Percaya atau tidak, respon atas momen tersebut menjadi gambaran seberapa serius seseorang mengemban amanah.
Bagi kamu yang ingin menjadi penguasa kampus, menjadi ketua organisasi, berikut adalah hal-hal yang perlu untuk menjadi bahan pertimbangan.
- Leidjen is Lidjen
Ada sebuah ungkapan fenomenal dari KH. Agus Salim, salah seorang bapak bangsa yang senantiasa tergaung ketika pelatihan kepemimpinan. Ungkapan tersebut berbahasa Belanda, Leidjen is Lidjen, memimpin adalah menderita. Bahkan ada yang mengatakan, bila belum menderita sepertinya masih memimpin dalam kepalsuan. Jalan kepimpinan adalah jalan suci. Jangan sampai kita mengotorinya dengan hal-hal yang berbau duniawi. Cukup pelik bila seseorang yang ingin menjadi ketua organisasi, hanya agar ingin dikenal oleh orang banyak, atau sekadar untuk mendapatkan penghormatan. Apabila hanya sekadar ingin dikenal, lebih baik jadi youtuber atau selebgram. Sehingga di titik ini seorang pemimpin harus menemukan alasan yang begitu kuat mengapa dia harus menjadi pemimpin organisasi tersebut. Karena dengan demikian, ia bisa tahan dengan segala penderitaan yang akan dihadapi selama setahun kepengurusan.
- Tokoh Panutan
Menjadi pemimpin adalah menjadi panutan. Engkau telah menjadi role model untuk masyarakat dan lingkungan. Bagi para ketua BEM, mereka telah menjadi sampel atas kualitas sumber daya manusia dalam lingkup fakultas atau pun universitas. Maka, sudah sepantasnya tidak melakukan tindakan konyol tercela yang membuat citra memburuk, sampai bisa menjadi bahan bullying kubu petahana. Menjadi pemimpin adalah menjadi contoh baik bagi para anggota. Jangan berbicara banyak tentang disiplin atau etika, bila kuliah masih sering jarang masuk atau pun sering TA. Jangan melulu berbicara tentang manajemen waktu, bila diri kita masih banyak malasnya. Mari meningkatkan geliat literasi, agar sambutan tidak melulu hanya sebatas terima kasih, perlu ada pesan kebaikan yang terus disampaikan. Reader Today, Leader Tomorrow.
- Tubuhmu Milik Umat
Penulis kira ini merupakan konsekuensi yang ekstrim. Ketika engkau telah berjanji untuk menjadi pemimpin organisasi, detik itu juga, tubuhmu milik umat. Engkau telah menjadi harapan umat untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Engkau punya tanggungjawab untuk memenuhi ekspektasi setiap suara yang memilih engkau. Darah yang mengalir di nadimu telah terikat oleh janji-janji kampanye yang harus terwujud. Maka, terdengar aneh bila seorang ketua organisasi tidak mau berkorban waktu, tenaga, hingga doa untuk kemajuan organisasinya. Padahal seharusnya, kepentingan anggota maupun umat menjadi yang utama, baru urusan pribadi. Mari belajar dari pengorbanan Muhammad Hatta, beliau berjanji tidak menikah sebelum Indonesia merdeka. Bila tidurmu tidak mau berkurang, masih yakin pengen jadi pemimpin?
Itu adalah sekelumit dari banyak konsekuensi yang akan engkau lalui ketika menjadi ketua organisasi. Terdengar berat bukan? Itulah mengapa amanah menjadi hal yang begitu berat. Masih mau menjadi ketua organisasi? Memang menjadi ketua organisasi tidak enak, tapi lebih tidak enak lagi bila tidak pernah menjadi ketua organisasi selama menjadi mahasiswa. Karena di sanalah orang-orang berpengaruh ditempa dan terlahir untuk mengubah dunia.
Comments 1