Hai Campuspedia-friends!—Gak kerasa ya sudah hampir setengah tahun kita bersama-sama melawan pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia ini? Tapi, kamu sadar gak sih, sejak pandemi ini, banyak rutinitas baru yang dilakuin orang-orang supaya produktif?
Dengan harapan bisa tetep produktif di kondisi pandemi gini, orang-orang mulai nemuin rutinitas produktif mereka mulai dari yang rajin ikut webinar, ambil kelas online, bahkan internship online.
Nah, kalau kita benar-benar bisa memanfaatkan waktu yang luang tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang produktif tentunya bagus ya C-friends? Tapi, tau gak sih kalau ternyata menjadi ‘produktif’ itu gak selalu positif loh! Kok bisa?
Karena terkadang, saking semangatnya untuk tetap produktif, kita bisa aja di tengah jalan nanti ngerasa kalau kita sebenernya over-productive, karena terus-terusan merasa kurang dari yang lain. Dan hal tersebut, biasa dikatakan Toxic Productivity.
Nah, kalau kamu penasaran Toxic Productivity itu apa dan gimana ngatasinnya, yuk kita bahas lebih lanjut!
Baca juga: Sering Cemas di Hari Senin? Ini 6 Tips Mengatasi Monday Blues Syndrome!
Apa itu Toxic Productivity?
Menurut psikolog, Dr. Julie Smith, Toxic Productivity adalah sebuah obsesi untuk mengembangkan diri dan merasa selalu bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal. Apalagi jika mulai membandingkan diri sendiri dengan apa yang dilakukan orang lain.
Salah satu sumber kenapa bisa terjadi toxic productivity adalah tekanan menjadi produktif dari media sosial kita. Sebab, dari sana, kita seakan-akan bersaing dengan orang lain untuk berlomba-lomba membagikan kegiatan atau hal produktif yang baru dikerjakan maupn dicapai.
Dari sana juga, terkadang menyebabkan rasa bersalah pada diri sendiri karena merasa kurang dari orang lain, ingin memperbaiki diri, sampai-sampai hilang fokus pada tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.
Selalu ingin menjadi diri yang ‘sempurna’, penuh skill, pintar, berpengalaman, dan bisa di semua hal. Akhirnya, tanpa sadar hal tersebut akan menjadi tekanan tersendiri bagi kita untuk memaksa diri terus berkembang dan mengukur kelayakan diri berdasarkan produktivitas.
Tanda Kamu Mengalami Toxic Productivity
Supaya lebih jelas, berikut ada 3 tanda jika kamu mengalami toxic productivity:
-
Terobsesi Untuk Jadi Produktif
Pasti gak asing sama pepatah, “semua yang berlebihan itu tidak baik” kan C-friends? Nah, berlaku juga dengan produktifitas! Jadi produktif itu bagus, tapi, kalau berlebihan bahkan sampai terobsesi, tentu gak baik juga.
-
Kerja Berlebihan
Komitmen dan dedikasi untuk pekerjaan memanglah patut diacungi jempol, tapi kalau berlebihan sampai bekerja terlalu keras dan mengabaikan hal lain seperti istirahat dan tidur, maka hal tersebut bisa jadi toxic productivity loh!
Gak hanya berpengaruh ke diri sendiri, hal tersebut juga akan berpengaruh ke orang sekitar kamu terutama keluarga yang menganggap kamu terlalu sibuk. Sebab kamu seakan mengabaikan mereka akibat terlalu keras bekerja.
-
Terlalu Tinggi Berekspektasi
Hasrat untuk selalu produktif dan berharap akan sama dengan keadaan sebelum pandemi, bisa menjadikan seseorang berekspektasi terlalu tinggi bahkan terdengar tidak realistis.
Seperti harsu selesai 3 course online dalam sebulan, 5 buku dalam seminggu, dan sebagainya. Padahal, kamu juga perlu mempertimbangkan kapasitas tubuhmu dan jangan terlalu memaksakannya. Akan lebih baik kalau kamu memasang target yang realistis.
-
Merasa Tidak Puas dan Bersalah Kalau Gak Produktif
Siapa nih yang pernah ngerasa gak puas, padahal sudah ngelakuin banyak hal? Rasanya seperti ada yang kurang, dan akhirnya terus mendorong kamu untuk melakukan hal yang lain. Atau, malah merasa bersalah kalau tidak melakukan hal apapun karena dirasa gak produktif?
Kalau iya, jangan dibiarkan berlarut-larut ya C-friends! Karena kamu sedang berada di lingkaran toxic productivity! Sadarlah bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik dan akan sangat baik-baik saja jika kamu mengambil jeda untuk me-refresh pikiran kamu.
-
Susah Istirahat
Poin kelima ini masih relate nih dengan poin sebelumnya. Ketika kamu sudah terbiasa untuk memaksa diri melakukan suatu pekerjaan agar tetap produktif, apalagi sampai merasa bersalah ketika mengambil jeda, hal ini akan menyebabkan kamu sulit untuk beristirahat.
Ekspektasi terlalu tinggi, tidak realistis, dan rasa bersalah yang menghantui, menjadikan kamu lebih merasa bersalah ketika beristirahat. Padahal, penting untuk memikirkan kapasitas tubuh dan kesehatanmu juga C-friends!
Gimana Cara Mengatasi Toxic productivity?
Kalau kamu merasa salah satu tanda toxic productivity diatas sedang kamu alami, tenang, ada beberapa cara untu mengatasinya C-friends!
-
Bikin Target Realistis Sesuai Keinginanmu
Nah, coba deh sebelum kamu bikin target dan tujuan apa saja yang harus kecapai, dengarlah dirimu sendiri C-friends! Bertanyalah pada diri kamu sendiri sebenernya, dan percaya pada dirimu kalau kamu pasti bisa ngelakuinnya meskipun harus pelan-pelan.
Karena pada dasarnya, kehidupan ini bukan sebuah kompetisi kan C-friends? semua orang punya jalurnya masing-masing.
Nah, dengan kamu mendengarkan dirimu sendiri, kamu bisa lebih mindful dan aware sama dirimu. Setelah itu, baru deh kamu buat target yang realistis untuk kamu capai.
-
Jangan Terlalu Keras Terhadap Dirimu
Kurangilah sikap untuk memaksa dirimu sendiri untuk terus bekerja atau melakukan suatu hal tanpa mempertimbangkan yang lainnya. Ingatlah betapa pentingnya mengambil jeda dan istirahat, gak hanya untuk fisik, tapi juga untuk kesehatan mental kamu.
-
Sadar Diri
Cobalah untuk terbuka dengan pikiranmu dan sadar bahwa yang perlu kamu perhatikan lebih adalah dirimu sendiri C-friends. Percayalah dengan kemampuan dan kapasitas dirimu, tanpa harus mengikuti standar orang lain.
Baca juga: Support system? Seberapa Penting Perannya Untuk Hidup Kita?
Nah itu dia informasi mengenai Toxic Productivity Beserta Tanda dan Cara Mengatasinya. Gimana C-friends? Sudah siap mengambil jeda diantara produktifitasmu? Semoga bermanfaat ya!
Yuk, biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, jangan lupa kepoin sosial media Campuspedia ya!
Instagram: @campuspedia
Youtube: Campuspedia
Twitter: @campuspedia_id
OA Line: @dbh9820y
Facebook: Campuspedia
LinkedIn: Campuspedia