Ketika masuk di jurusan sastra, pasti yang Sobat Minca pikirkan adalah cara menjadi sosok sastrawan yang puitis dan berkutik dengan majas. Meskipun tidak sepenuhnya salah, faktanya jurusan sastra Indonesia sendiri memiliki banyak aspek untuk dipelajari. Apalagi untuk kamu yang secara pribadi suka mengulik sejarah bahasa Indonesia. Penasaran, kan? Yuk simak artikel di bawah!
1. Asal-usul Ejaan yang Disempurnakan
Antara sangat dan banget, kata mana yang lebih tepat digunakan? Sudah pasti kata sangat, karena sudah sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Namun, tahukah kamu bahwa EYD mengalami banyak proses dan pergantian nama, mulai dari Ejaan Van Ophuisjen, Ejaan Suwandi, Ejaan Prijino-Katopo, Ejaan Melindo, hingga EYD yang kita kenal sekarang.
Proses tersebut terjadi dalam kurun waktu yang lumayan panjang dan sudah menghadapi banyak masalah. Di antaranya perdebatan politik antara Indonesia dan Malaysia yang menghasilkan dua bahasa yang hampir serupa. Menarik, kan?
Baca juga: Update! Daftar Kampus dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Terbaik di Indonesia Tahun 2020
2. Pemaknaan Bahasa di Berbagai Daerah
Bahasa mempunyai sifat yang arbitrer, atau dengan sederhana berarti mempunyai makna yang berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. Indonesia sendiri memiliki beragam bahasa daerah. Hal tersebut mengakibatkan peristiwa perbedaan makna pada satu kata yang sering kita jumpai.
Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata amis yang bermakna anyir. Lain halnya dalam bahasa Sunda, amis bermakna manis, meskipun pengucapan dan bentuk katanya sama.
Jadi, Sobat Campuspedia jangan berdebat di kelas perihal satu kata yang berbeda makna, ya!
3. Memahami Cara Penggunaan Persamaan Kata
Dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing lainnya, selalu ada persamaan kata atau biasa kita kenal dengan sinonim. Meskipun persamaan kata berfungsi mencari padanan kata yang sama, sinonim tidak selalu bisa menggantikan satu kata dengan kata lainnya.
Sebagai contoh, kita biasa diajari sinonim kata bapak adalah ayah. Tentunya kedua kata tersebut bisa digunakan bergantian jika mengacu pada orang tua laki-laki. Namun jika kita gunakan dalam konteks seperti, Bapak Presiden Joko Widodo, sudah dipastikan kita tidak bisa menggantinya dengan Ayah Presiden Joko Widodo.
Jangan sembarangan mengganti kata, ya, Sobat Minca!
4. Etika dalam Berbahasa
Dwibahasa adalah kemampuan menggunakan dua bahasa dengan baik, atau akrab kita kenal dengan bilingual. Dalam dunia dwibahasa ada prinsip yang dikenal dengan campur kode dan alih kode. Inti dari keduanya adalah menggunakan dua bahasa dalam satu konteks percakapan, seperti yang kalian tahu perihal anak Jakarta Selatan yang sering menggunakan kata “which is yang mana absolutely sudah pasti”.
Tidak ada salahnya mencampurkan dua bahasa dalam percakapan, hanya saja Sobat Campuspedia perlu memperhatikan situasi dan kondisi, jika sudah biasa mencampur dua bahasa, maka kamu boleh melakukannya, namun jika situasi formal dan baru, lebih baik menggunakan satu bahasa yang biasa digunakan dalam situasi tersebut agar maksudmu diterima oleh pendengar.
Baca juga: Nggak Usah Minder! Yuk Ketahui Tips Menghadapi Interview Bahasa Inggris
5. Mengupas Seni dalam Karya Sastra
Ambiguitas adalah sifat dari sesuatu yang memiliki makna ganda. Karena terlalu multitafsir, sifat ambigu ini sering dinilai sebagai sosok yang menyusahkan. Iya, sama seperti gebetan yang tarik ulur, dia maunya apa, sih?
Beda halnya dengan gebetanmu yang ketidakjelasannya tidak bermakna, dalam jurusan sastra nanti kamu akan bertemu dengan karya sastra yang ambigu nan cantik. Dalam memahami keindahan ambiguitasnya, kamu akan mempelajari teori semiotika untuk mengupas karya sastra tersebut.
Sebagai contoh, kamu bisa melihat puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul Tragedi Winka Sihka, di dalamnya terdapat sekumpulan kata winka dan sihka dan membentuk tipografi zig zag. Tanpa semiotika, kamu akan melihat kata dan bentuk saja, dengan semiotika kamu akan tahu bahwa puisi tersebut menggambarkan sebuah tragedi pernikahan.
Selain puisi, kamu juga bisa mengupas segala bentuk karya sastra dengan semiotika, termasuk naskah drama atau film.
Gimana, nih, Sobat Campuspedia? Menarik, kan, faktanya? Selain lima hal di atas, kamu juga bisa bertemu dengan psikologi, filsafat, dan masih banyak lagi di jurusan sastra Indonesia!
Baca juga: Pengen Jadi Penulis Drama atau Film? Yuk Kenalan Dengan Profesi Scriptwriter
Jangan lupa untuk follow akun Instagram, LinkedIn, Facebook, Twitter, Youtube, dan Official Account LINE dari Campuspedia biar kamu up to date perihal informasi seputar kampus, karir, dunia mahasiswa, beasiswa, dan hal menarik lainnya!