“Jika aku tolak, dia keberatan nggak ya? Tapi aku sendiri sebenarnya nggak mau. Tapi, kan, aku tetep nggak enak buat nolak.”
Kamu pernah punya pikiran seperti ini? Seberapa sering kira-kira? Kalau terlalu sering, coba pikirkan lagi, deh. Sepertinya kamu memiliki kecenderungan jadi seorang people pleaser. People pleaser punya kecenderungan untuk sulit menolak. Tanpa sadar mereka sering mengutamakan orang lain di atas diri mereka sendiri.
Yang penting orang lain senang.
Begitu kadang mindset mereka.
Apa, sih, People Pleaser itu?
People pleaser merupakan sebutan bagi mereka yang selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain tanpa memikirkan diri sendiri. Pada wanita, kecenderungan ini disebut dengan good girl syndrome. Bukan artinya hanya wanita saja yang memiliki kecenderungan ini. Semua orang bisa mendapatkan kecenderungan ini. Dan jika berlebihan, bisa menyakiti diri sendiri.
Kecenderungan people pleasing ini biasanya terjadi akibat adanya kerendahan diri dalam diri. Menurut Susan Newman, psikolog di New Jersey, people pleasing ini merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan. Ini terjadi karena mereka perlu adanya pengakuan dari orang lain. Ini mengapa people pleaser cenderung mengutamakan orang lain dibanding dirinya sendiri.
Penyebab lain juga bisa terjadi akibat trauma yang dialami ketika kecil. Trauma yang terjadi semasa kecil ini membuat orang-orang people pleaser selalu berusaha menghindari konflik. Akibatnya mereka main mengiyakan saja jika terjadi sesuatu. Mereka juga takut penolakan dari orang lain.
Tanda-tanda Seorang People Pleaser
Kamu bisa mengenali seseorang (atau bahkan dirimu sendiri) lewat tanda umum yang biasa dilakukan oleh mereka yang memiliki kecenderungan people pleasing
- Cenderung merendahkan diri sendiri
- Cenderung selalu setuju dengan pendapat orang lain. Mereka juga sering kali mengabaikan pendapat diri mereka sendiri. Ini mereka lakukan demi menghindari adanya perdebatan
- Merasa bertanggungjawab atas perasaan oranglain
- Minta maaf ketika bukan salahnya
- Sulit menemukan waktu untuk diri sendiri
- Sulit mengakui perasaan sendiri; baik itu marah atau pun sedih.
- Cenderung mau membantu tapi sering menolak untuk dibantu
Kecenderungan people pleaser sendiri memang tidak terlalu membahayakan orang lain. Namun, kecenderungan ini akan sangat berbahaya untuk mereka yang ternyata people pleaser. Ini akan membuat mereka sulit menyataan perasaan mereka sehingga mereka akan cenderung menahan emosi yang dirasa. Lama-kelamaan mereka akan merasa ditindak secara tidak adil dan menjadi frustrasi. Takutnya, frustrasi ini nantinya membuat mereka jadi dengki dan mendendam.
Cara Mengatasi Kecenderungan People Pleasing
Buat kamu yang kenal, atau bahkan jika kamu sendiri yang ternyata punya kecenderungan people pleasing, kamu bisa melakukan beberapa cara ini untuk keluar
Bersikap tegas ke diri sendiri maupun ke orang lain
Kamu harus bisa membuat boundary untuk dirimu sendiri dan untuk orang lain. Jangan sampai orang lain bisa seenaknya saja masuk ke zona nyamanmu dan malah bikin dirimu terganggu. Jika kamu diminta untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya kamu tidak mau, jujurlah pada dirimu sendiri bahwa kamu nggak mau melakukan request yang diminta orang. Lalu, beritahu orang tersebut mengapa kamu tidak bisa melakukan yang diminta.
Hindari meminta maaf jika memang bukan salahmu
Kata maaf memang menjadi salah satu kata terpuji buat digunakan. Tapi menggunakan kata maaf secara berlebihan hanya membuat orang lain hilang respek sama kamu. Jangan dengan mudah mengatakan kata yang satu ini jika memang bukan salah kamu, oke?
Kebahagiaanmu no. 1!
Jangan sampai orang lain mengambil kebahagiaanmu sendiri. Kamu harus bisa memprioritaskan dirimu sendiri. Ingatlah bahwa kebahagiaan itu harus kamu ciptakan sendiri; alias kebahagiaan bukan sesuatu yang kamu cari. Buatlah kebahagiaanmu sendiri tanpa kamu memprioritaskan orang lain di atas dirimu sendiri.
Nah, berikutlah beberapa penjelasan singkat tentang apa itu people pleaser. Campuspedia menyarankan kamu untuk melakukan risetmu sendiri untuk memvalidasi fakta yang sudah ada. Bacalah jurnal psikologi atau bertanya langsung pada psikolog kalau bisa.
Semoga bermanfaat, Campuspedia Friends!
Baca juga: