Dari beragam banyaknya fakultas yang disediakan oleh ribuan perguruan tinggi di Indonesia, Fakultas Kedokteran menjadi salah satu favorit dengan peminat yang terus bertambah setiap tahunnya. Meskipun tahapan kuliah kedokteran tidak dapat ditempuh dalam waktu singkat dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, Fakultas Kedokteran masih menjadi primadona bagi para calon mahasiswa baru untuk menempuh pendidikan lanjutan
Apa saja tahapan kuliah kedokteran yang harus ditempuh untuk menjadi dokter spesialis? Dilansir dari berbagai sumber, inilah beberapa tahapan yang harus mahasiswa kedokteran lalui untuk menjadi dokter spesialis.
Menempuh S1 Kedokteran
Tahapan pertama dalam menjalani kuliah kedokteran yaitu mengambil pendidikan S1 Kedokteran, atau sering juga disebut sebagai Pendidikan Dokter. Perkuliahan di jenjang sarjana ini membutuhkan waktu sekitar 4 tahun atau 8 semester, sama seperti kebanyakan jurusan kuliah lainnya.
Jurusan Kedokteran umumnya menggunakan sistem blok untuk kurikulumnya, di mana setiap blok terdiri dari berbagai materi yang berbeda. Satu blok dapat berlangsung minimal 4 minggu, dan pada pertengahan serta akhir setiap blok mahasiswa akan menjalani ujian.
Adapun ujian yang harus ditempuh terbagi menjadi tiga macam, yakni:
- Ujian tulis
- Objective Structured Clinic Examination (OSCE), yaitu ujian praktek di mana mahasiswa diminta untuk memberikan diagnosis penyakit yang dialami oleh pasien simulasi.
- Student Oral Case Analysis (SOCA), adalah ujian lisan yang dilakukan di depan dosen penguji untuk mengetahui pemahaman mahasiswa terkait suatu kasus penyakit.
- Ujian sidang skripsi, yaitu ujian yang dilakukan setelah menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang menjadi syarat kelulusan mahasiswa.
S1 Kedokteran umumnya dapat ditempuh selama 3,5 hingga 4 tahun. Setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan S1 Kedokteran, maka mereka akan menerima gelar S.Ked atau Sarjana Kedokteran.
Co-assistant
Tahapan berikutnya setelah lulus dari S1 Kedokteran yaitu menempuh pendidikan profesi, biasa disebut sebagai co-assistant atau koas. Saat menjalani koas, para calon dokter akan ditempatkan di rumah sakit yang bekerja sama dengan kampus selama 1,5 hingga 2 tahun.
Di tahap ini, para dokter muda akan belajar langsung dari pasien di bawah pengawasan dokter senior. Dalam prakteknya, para co-ass akan dirotasi dan mempelajari beberapa stase.
Tahapan co-assistant ini bisa dibilang merupakan yang cukup berat, karena selain praktek di rumah sakit, para dokter muda juga harus membagi waktu antara belajar, menangani pasien, dan istirahat. Tak jarang, banyak co-ass yang mendapat tugas jaga malam di rumah sakit.
Ujian Sertifikasi
Setelah menyelesaikan tahap co-assistant, langkah berikutnya untuk menjadi dokter adalah menjalani ujian sertifikasi. Dalam satu tahun, Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Kedokteran, atau disingkat UKMPPD, dilaksanakan sebanyak empat kali.
Terdapat dua jenis tes UKMPPD, diantaranya:
- Computer-Based Test (CBT), yaitu ujian tulis online. Nilai minimal untuk bisa lulus adalah 66.
- OSCE, yaitu ujian praktik yang diselenggarakan di Fakultas Kedokteran masing-masing perguruan tinggi .
Apabila telah dinyatakan lulus UKMPPD, maka calon dokter akan menjalani wisuda dan ikrar Sumpah Dokter. Nantinya, mereka akan menerima gelar dokter (dr.) dan Surat Tanda Registrasi (STR).
Baca Juga: Daftar Jalur Mandiri UB: Jadwal, Biaya, dan Pilihan Program Studi Tahun 2023
Internship atau Magang
Sebelum seorang dokter bisa membuka praktek sendiri, ia harus melalui tahapan magang di bawah pengawasan dokter senior. Hampir sama seperti tahap koas, namun para dokter magang ini lebih mendapat kebebasan dan dibayar.
Proses magang atau internship biasanya berlangsung sekitar satu tahun. Apabila dokter magang sudah memenuhi penilaian, maka ia akan menerima Surat Izin Praktek (SIP).
Setelah memperoleh SIP, lulusan kedokteran bisa langsung bekerja sebagai dokter umum di puskesmas, rumah sakit, ataupun membuka praktik sendiri. Alternatif lainnya yaitu melanjutkan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Mengambil Program Spesialis
Jika dokter umum ingin memperdalam ilmunya sebagai dokter spesialis, maka ia wajib meneruskan PPDS dan mengambil keahlian khusus. Dokter umum yang tengah menempuh PPDS biasanya disebut sebagai residen.
Butuh sekitar 4 hingga 6 tahun untuk menyelesaikan PPDS, tergantung dari kesulitan bidang yang ditempuh. Beberapa bidang spesialis yang dapat diambil oleh dokter umum diantaranya adalah:
- Spesialis Mata (Sp.M)
- Spesialis Paru (Sp.P)
- Spesialis Anak (Sp.A)
- Spesialis Gizi (Sp.G)
- Spesialis Bedah (Sp.B)
- Spesialis Urologi (Sp.U)
- Spesialis Anestesi (Sp.An)
- Spesialis Radiologi (Sp.R)
- Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD)
- Spesialis Kulit dan Kelamin (Sp.KK)
- Spesialis Saraf atau Neurologis (Sp.N)
- Spesialis Kandungan dan Ginekologi (Sp.OG)
- Spesialis Kedokteran Jiwa dan Psikiater (Sp.KJ)
- Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (Sp.THT)
- Spesialis Jantung dan Pembuluh darah atau Kardiologi (Sp.JT)***
Baca Juga:
- Perjalanan Menjadi Dokter di Indonesia, Ini Tahapannya
- Revitalisasi Pendidikan: CEO OpenAI Ajak Indonesia Manfaatkan Teknologi AI dengan Bijak
- Inilah 20 Prodi Favorit di SNBT 2023!
Penulis: Habibah
Editor: Niqi Carrera