Credit photo: pangaexpress.com
Hari ini, stigma mahasiswa terus mengalami perubahan. Sepertinya belum keren ketika seorang mahasiswa belum pernah menginjakkan kaki di negeri orang, setidaknya sekali selama menjadi mahasiswa. Lebih keren lagi apabila diutus kampus baik untuk perlombaan, exchange, dan membawa kebanggaan nama kampus di tanah orang.
Namun, tidak sedikit orang yang menganggap ke luar negeri hanya buang-buang uang sampai buang-buang waktu. Lebih baik terus belajar di kelas, lulus cepat, dan mendapatkan pekerjaan yang layak juga. Tentu, kita tidak bisa menyalahkan tipe orang yang demikian. Karena penulis yakin setiap orang, setiap mahasiswa berhak untuk menentukan jalan hidupnya masing-masing.
Tetapi, kita perlu untuk lebih bijaksana dalam menyikapi sesuatu. Jika keluar negeri tidak ada gunanya, lantas mengapa Prof. Rhenald Khasali, salah satu guru besar Universitas Indonesia selalu mewajibkan mahasiswa di kelas beliau untuk keluar negeri, setidaknya sekali? Salah satu alasannya adalah karena melakukan perjalanan sama artinya dengan melakukan pendewasaan diri.
Bagi penulis, perjalanan keluar negeri yang telah dilalui sebagai salah satu cara untuk mencintai negeri ini. Engkau akan menemukan makna kangen sesungguhnya ketika di negeri orang. Rasa nasionalisme akan semakin terpompa ketika melihat bendera Indonesia berkibar di negeri orang.
Untuk melihat kondisi rumah, misal atapnya, temboknya, atau pekarangannya, kita perlu untuk ke luar rumah. Hal yang sama juga berlaku ketika engkau pergi ke luar negeri. Engkau bisa melihat berbagai macam masalah bangsa Indonesia yang harus segera diselesaikan. Setidaknya, ada tamparan bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Sudah mulai tertarik ke luar negeri? Berikut adalah hal-hal yang semoga berguna untuk menjalankan misi menjadi mahasiswa yang tidak biasa. Minimal satu kali ke luar negeri selama berstatus mahasiswa.
- Persiapkan dengan matang
Perjalanan ke luar negeri bukan seperti perjalanan ke luar kota, yang apabila ada barang tertinggal engkau dapat menjangkaunya. Tidak hanya melintasi provinsi, tapi melangkahi batas-batas benua dan samudera. Untuk itu, jangan sampai ada yang tertinggal. Begitu juga dengan paspor. Pastikan kita yang memiliki mimpi ke luar negeri telah memiliki dokumen penting tersebut. Omong kosong bila seseorang bermimpi ke luar negeri namun belum membuat paspor.
Selain itu, persiapan finansial juga perlu. Kemudian persiapan bahasa. Kita semua sepakat bahwa cara paling efektif untuk belajar bahasa adalah dengan berbicara langsung terhadap natives atau orang asli negara tersebut. Karena belajar bahasa adalah tentang praktek, semakin sering praktek maka semakin expert kita. Terlepas grammarnya masih salah, setidaknya membiasakan berani terlebih dahulu.
- Keluar dari Zona Nyaman
Mereka yang telah berani bepergian ke luar negeri, apalagi sendiri, adalah mereka yang telah berani keluar dari zona nyaman. Berani untuk mencari tantangan, karena hidup tanpa tantangan berarti bukan sebenar-benar hidup. Masa muda adalah masa untuk mencari dan menaklukkan tantangan. Seperti halnya air, ia akan membusuk ketika tergenang, tanpa melakukan perjalanan.
Di negeri orang, kita akan lebih belajar bagaimana menghargai segala yang kita punya. Belajar bagaimana menghadapi dan menyelesaikan masalah. Belajar berinteraksi dan membangun relasi dengan orang-orang baru. Hingga melakukan manajemen rindu terhadap kampung halaman.
- Mumpung Masih Mahasiswa
Menjadi mahasiswa memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah mendapatkan pendanaan dari kampus untuk kegiatan luar negeri. Maka jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Apalagi, kampus sangat mendukung untuk kegiatan internasional mahasiswanya. Bahkan mayoritas kegiatan internasional adalah kegiatan khusus untuk mahasiswa. Sangat sayang bila hal ini tidak dioptimalkan. Jadi, berani untuk ke luar negeri?