Halo Campuspedia Friends! Menjadi mahasiswa identik dengan IPK atau Indeks Prestasi Kumulatif. Nilai IPK ini merupakan akumulasi nilai dari semester – semester yang seorang mahasiswa jalani semasa kuliah. Pastinya, setiap mahasiswa menginginkan nilai IPK yang tinggi, namun apakah nilai IPK memiliki pengaruh yang besar atau justru IPK bukan penentu kesuksesan?
Untuk menjawab pertanyaan itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi KEMENDIKBUD, Wikan Sakarinto mengungkapkan bahwa IPK bukan penentu kesuksesan mahasiswa di masa depan.
Melansir dari laman UNS, beliau mengatakan bahwa bila IPK menjadi jaminan sukses, maka itu adalah salah. IPK memang harus tinggi, karena bila tidak, maka akan mendapatkan kesulitan untuk dihubungi di dunia kerja.
Menurutnya, langkah terpenting yang harus dilakukan perguruan tinggi adalah untuk membekali mahasiswanya dengan kompetensi siap kerja. Karena banyak industri dan perusahaan yang mengeluh bahwa banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak kompeten dalam bekerja. Banyak yang dinilai tidak tahan terhadap tekanan yang dihadapi dalam dunia kerja dan kurangnya soft skill yang dimiliki.
Dalam hal ini, KEMENDIKBUD mengambil langkah kerjasama dengan dunia kerja dan dunia industri (DUDI) untuk mewujudkan link and match dengan perguruan tinggi. Perguruan tinggi dengan DUDI harus bekerja sama menyusun kurikulum dan pengembangan soft skill pembelajaran berbasis proyek. Selain itu, mahasiswa juga perlu menjalani magang minimal satu semester dan memiliki sertifikasi kompetensi.
Sedangkan untuk dosen dan guru, wajib mendapatkan pelatihan oleh DUDI dan riset terapan yang harus mampu menjawab kebutuhan pasar dan masyarakat.
Nah, jadi sekarang udah tau kan Campuspedia Friends, kalau IPK bukan penentu kesuksesan. Memang memiliki IPK yang tinggi itu baik. Namun bila kamu tidak memiliki soft skill dan kemampuan yang dapat menunjangmu di dunia kerja, maka IPK tinggi akan sia-sia. Jadi, bekali dirimu dengan soft skill dan kompetensi yang baik, tidak hanya secara akademis saja ya!
ey yo! This is Gabriela, an International Relations student from Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Besides being a content writer, she's also an illustrator for her own store. A self-made woman who is also fall in love with K-Pop.