Aksi perundungan atau sering disebut bullying masih kerap terjadi di Indonesia, beberapa minggu yang lalu telah dikabarkan seorang pelajar SMP loncat dari lantai 4 di sekolahnya yang berujung pada hilangnya nyawa korban. Peristiwa ini diduga merupakan korban dari perundungan teman sekelasnya. Aksi perundungan masih sulit dihilangkan dari sekolah di Indonesia, tempat yang menjadi pelajar mencari ilmu justru kerap menjadi tempat aksi perundungan. Memang, belum ada sekolah yang bisa memastikan sekolahnya bebas dari aksi perundungan, tetapi hal ini bisa dijaga dan dicegah oleh semua jajaran sekolah maupun sesama siswa. Keterbukaan korban dan keberanian teman untuk melaporkan aksi perundungan serta tindakan tegas dari sekolah bisa menghentikan aksi perundungan agar tidak berkepanjangan.
Aksi perundungan seringnya terjadi di sekolah lantaran sekolah tempat berkumpulnya anak-anak, siswa telah lepas dari pengawasan orang tua dan guru tidak bisa 100% mengawasinya, aksi perundungan pun bisa terjadi. Sasaran korban terjadi pada siswa yang dianggap lemah oleh pelaku, perbedaan fisik yang unik, perbedaan etnis, ras maupun suku. aksi ini biasanya terjadi secara fisik (memukul, menendang, pelecehan), verbal (ejekan, perkataan kotor).
Ada beberapa motif motif pelaku perundungan melakukan hal tersebut, salah satunya yakni ingin berkuasa di kelas maupun sekolahnya, pernah menjadi korban dan ingin balas dendam, mencari perhatian, kurangnya perhatian orang tua dari pelaku atau karena lantaran seringnya menyaksikan kekerasan yang dilampiaskan kepada temannya. pelaku perundungan dapat dihentikan, mengajaknya berbicara secara langsung dan diberi pengertian, jika perlu diberi sanksi yang sewajarnya. Pada umumnya pelaku perundungan memiliki rasa takut dan hanya berani kepada anak-anak yang dianggapnya lebih lemah darinya, ia akan takut terhadap orang yang lebih tua atau yang memiliki power lebih.
Pelaku perundungan tidak hanya melakukan aksi tersebut sekali dua kali melainkan hampir setiap hari di sekolah. seringnya mendapatkan perundungan membuat metal korban down dan mengalami gangguan. Hal pertama yang ia terima adalah stress dan depresi, ia merasa dipojokkan dan tidak nyaman lagi di sekolah lantaran perundungan tersebut, hal inilah yang membuatnya stress dan depresi. Korban menjadi tidak memiliki kepercayaan diri, kecemasan dan rasa takut dengan hal-hal yang akan dilakukan, ia akan merasa apa yang dikerjakan akan salah dimata temannya sehingga ia dapat perilaku perundungan. Ia akan mengasingkan diri dari orang lain dan menjauhi kontak sosial, hal ini juga menjadikan hanya beberapa teman saja yang dimilikinya. Lebih lagi korban perundungan bisa jadi kelak menjadi pelaku perundungan untuk balas dendam atau melakukan tindakan kekerasan.
Menangani korban perundungan memang tidak sebentar, butuh proses untuk memulihkan traumanya dan rasa ketakutannya. Kenali karakter anak dan sering-sering mengajaknya berbicara, memberi semangat, membangun kembali motivasinya, membantu korban jika memang ia tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, meminta bantuan pihak ketiga, disini bisa guru, kepala sekolah atau orang tua korban dan pelaku. Mengajaknya berpergian ketempat yang banyak orang-orang ataupun anak-anak memulihkan rasa ketakutannya jika masih banyak hal diluar sana yang lebih luas, mampu terbuka terhadap hal baru. misalnya ke taman, tempat bermain anak-anak atau wisata edukasi.
Baca tips menjaga kesehatan mental di sini.