Multitasking atau kerja ganda merupakan hal yang biasa dan cukup lumrah dilakukan oleh banyak orang sekarang ini. Menyulap banyak tugas dan tanggung jawab pada satu waktu yang bersamaan, mungkin nampak sebagai cara terbaik untuk menyelesaikan beban tugas yang sangat menumpuk. Mampu melakukan dua hal sekaligus dalam satu waktu seolah menjadi lambang efisiensi, mengapa membuang-buang waktu dengan hanya melakukan satu pekerjaan ketika kita dapat menyelesaikan banyak hal secara bersamaan? Mungkin seperti itulah pemahaman yang dimiliki banyak orang saat ini.
Namun berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, pada kenyataannya mengerjakan banyak hal dalam satu waktu akan berdampak buruk pada hasil pekerjaan yang dilakukan, serta dapat menurunkan produktivitas kinerja otak. Otak kita hanya di desain untuk melakukan satu aktivitas di satu waktu yang bersamaan, ketika otak kita dipaksa untuk melakukan banyak pekerjaan di satu waktu, hal tersebut memicu otak kita menjadi over warm dan stress. Karena pada faktanya yang kalian lakukan disaat melakukan multitasking hanyalah switching atau berpindah-pindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Sudah banyak para peneliti yang telah melakukan berbagai riset dengan mengangkat topik mengenai dampak negatif dari multitasking, berikut ulasannya:
Merusak kognitif otak
Setiap kita melakukan banyak aktivitas disatu waktu yang bersamaan, hal ini tidak hanya akan merusak kinerja otak namun juga berdampak pada kerusakan di area otak itu sendiri. Ketika kita melakukan banyak aktivitas di satu waktu, hal itu dapat memicu otak kesulitan dalam berkonsentrasi, melakukan pengorganisasian, dan perhatian terhadap setiap detail hal.
Para peneliti di University of Sussex di Inggris mengemukakan bahwa multitasker akut memiliki kepadatan otak yang lebih sedikit pada bagian yang bertanggung jawab untuk kontrol empati, kontrol kognitif, serta emosional yang biasa disebut dengan anterior cingulate cortex.
Selain itu para multitasker akut juga menunjukkan kesulitan yang lebih besar ketika harus beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2009, seorang peneliti Universitas Stanford yaitu Clifford Nass, mengungkapkan bahwa orang-orang yang di duga sebagai multitasker akut sebenarnya lebih buruk dalam memilah informasi yang relevan dan tidak relevan.
Menurunkan IQ dan EQ
Berdasarkan studi penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di University of London dikemukakan bahwa partisipan yang melakukan multitasking, mengalami penurunan skor IQ (Intelligence Quotient) rata-rata sebanyak 15 poin, sama halnya seperti seorang yang sering bergadang semalaman. Selain menurunkan IQ, multitasking juga dapat memicu turunnya EQ (Emotional Quotient) seseorang. Hal ini diakibatkan rusaknya bagian anterior cingulate cortex yang salah satunya berfungsi dalam kontrol emosi seperti dijelaskan diawal tadi.
Lalu bagaimana caranya menjadi efisien tanpa multitasking?
Mudah saja, kalian hanya perlu membatasi pekerjaan yang kalian kerjakan disaat bersamanan. Buatlah daftar tugas secara spesifik, prioritaskan mulai dari yang paling mendesak. Kerjakan secara bertahap satu persatu berdasarkan daftar yang telah kalian susun. Karena bekerja secara fokus dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi kerja secara pesat. Jangan lupa berilah jeda sedikit waktu antara satu pekerjaan ke pekerjaan lain, hal ini bertujuan untuk memberikan waktu istirahat bagi otak kalian.
Nah gimana, apakah kalian akan tetap menjadi seorang yang multitasker atau beralih menjadi seorang singletasker? Tentunya dari banyaknya fakta diatas kita semua akan memilih menjadi seorang singletasker bukan? Semangat!