Apakah kata “amor fati” terdengar asing di telinga kalian?
Amor berarti Cinta dan Fati berarti fate atau takdir. Artinya mencintai takdir.
Ungkapan ini dipopulerkan oleh Frederich Nietzche. Nietzche berpendapat tidak segala sesuatu dapat diusahakan oleh manusia. Ada waktunya kita harus menerima segala sesuatu yang telah terjadi atau ditakdirkan oleh Tuhan. Bahkan jangan hanya menerima, tapi juga berusaha mencintai hal tersebut.
Me-reset Hidup
Apakah kamu pernah mengalami ketika mengoperasikan komputer, tiba-tiba komputer tersebut hang. Dipencet tombol manapun tidak ada reaksi. Tentu saja, seluruh program bentrok. Kita terpaksa harus menekan tombol reset. Tidak ada cara lain selain me-restart komputer. Setelah beberapa saat muncul pertanyaan “Are you sure?” di layar disertai peringatan “You may lose your work currently”.
Tidak hanya komputer, beberapa masalah dalam hidup pun demikian. Betapa menggembirakannya bila kita memiliki tombol reset seperti komputer. Masalah-masalah yang pelik satu per satu akan terhenti dan kita dapat memulai dalam kondisi yang baru. Tentu saja manusia bukan komputer yang bisa hidup kembali setelah mati, tetapi mungkin hati bisa berlaku demikian. Kita harus menekan tombol “Yes” atas peringatan “You may lose your work currently”.
Saat kita memutuskan untuk menurunkan semua pencapaian yang selama ini kita sombongkan, kehidupan mungkin akan bisa di reset.
Mempersiapkan Kegagalan
Ada seorang matematikawan bernama Euler. Ia adalah ilmuwan besar yang menorehkan Teorema Euler di buku pelajaran Matematika. Saat usianya belum genap 30 tahun ia mengalami demam tinggi yang mengakibatkan mata kanannya buta. Seiring pertambahan usia, penglihatan mata kirinya pun menurun akibat katarak sehingga akhirnya ia sama sekali tidak bisa melihat. Namun setelah menjadi buta pun ia tetap melahirkan banyak prestasi dengan semangat yang berkobar-kobar. Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi? Setelah diberitahu bahwa ia akan kehilangan sistem penglihatan nya ia mulai beraktivitas dengan menutup kedua matanya. Dia berlatih untuk menjalani hidup sebagai orang buta lebih dini. Akhirnya ketika benar-benar kehilangan penglihatannya ia tidak mengalami kesulitan berarti untuk bergerak dan terus mempublikasikan hasil penelitiannya yang luar biasa.
Siapapun bisa mempersiapkan masa depan tetapi tidak mudah untuk menyerahkan masa kini. Sikap seorang Euler untuk menerima hambatan dalam dirinya bersiap-siap dan bangkit saja sudah patut dihormati, tetapi keberaniannya merelakan penglihatan yang tersisa sungguh mengejutkan. Mungkin apabila hal tersebut terjadi pada kita, kita tentu akan mengupayakan apapun supaya penglihatan kita kembali pulih bukan?
Walaupun kita mengatakan ingin memulai hidup yang baru sesungguhnya kita tidak mampu melakukannya, sebab kita tidak bisa melepaskan apa yang sudah kita genggam. Kita tidak bisa menekan tombol reset karena takut kehilangan semua yang telah kita capai hingga saat ini.
“ Tapi aku sudah berusaha keras hingga jadi seperti sekarang…”
“ Di umur segini apa yang bisa diubah kalau mau mulai lagi dari awal?”
“ Capek rasanya kalau ternyata setelah mulai dari awal lagi tapi kembali ke sini juga…”
Apabila kita tidak setuju dengan syarat harus kehilangan pekerjaan yang telah dilakukan hingga saat ini, komputer tidak akan pernah mulai dari awal lagi. Hidup manusia pun demikian. Menyerah ternyata tidak hanya menghilangkan ketakutan, tetapi juga menghapus semua harapan. Pencapaian sebenarnya adalah hal kecil. Sekali kita mencapai hal tersebut memang membuat orang gemetar ketakutan karena takut kehilangannya, tetapi orang yang berambisi lebih besar harus berani untuk melepaskannya. Tarik napas dalam-dalam. Lepaskan semua, dan mulailah kembali. Dalam waktu yang jauh lebih singkat dari yang pernah kita duga, kita akan kembali memperoleh pencapaian bahkan mungkin lebih besar bila keinginan yang kuat didukung dengan pengalaman kita selama ini. Sekarang apa yang kita perlukan? Hanya satu hal yaitu keberanian.
Di Balik Layar “Harry Potter”
Ada seorang wanita berusia 28 tahun yang hidup berdua dengan anaknya setelah bercerai. Ia hidup dengan susah payah dan menerima santunan warga miskin dari pemerintah. Suatu hari wanita ini berkata bahwa ia ingin jadi penulis. Ia lalu pergi ke cafe terdekat dengan mendorong kereta bayinya dan mulai menulis. Harapannya begitu tinggi tetapi kenyataan begitu menyedihkan sampai setiap hari ia harus mengetik ulang karangannya sebanyak hampir 80.000 kata karena tidak punya biaya untuk memperbanyaknya. Kalau orang keras kepala seperti ini ada di sekelilingmu apakah kamu dapat menyemangatinya untuk terus berjuang? Atau menyarankannya untuk mengatasi hidupnya lebih dahulu, setidaknya mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari?
Wanita ini adalah J.K Rowling yang di kemudian hari menjadi orang yang lebih kaya daripada Ratu Inggris berkat serial Harry Potter nya. Dalam pidato upacara kelulusan Universitas Harvard ia berkata seperti ini:
“Kegagalan menyingkirkan semua hal yang tidak diperlukan dalam hidup. Aku mengerahkan seluruh kekuatan untuk menyelesaikan pekerjaan yang paling penting bagiku. Di atas dasar yang kukuh itu aku mulai merekonstruksi hidupku. Berhentilah membohongi diri sendiri dan melakukan hal yang benar-benar penting.”
Mungkin perumpamaannya seperti ini. Bila seekor ulat hanya mampu mencapai 1 m setelah menggerakkan tubuhnya seharian ingin bergerak sejauh 10 meter sebelum mati, apa yang harus ia lakukan? Lebih semangat menggeliatkan tubuhnya? Itu adalah jawaban yang salah. Bukan! Ia harus melakukan reset. Ia harus berubah menjadi kupu-kupu dan terbang bebas. J.K Rowling tidak terpuruk karena kondisinya yang miskin dan sengsara. Suatu hari ia justru menaiki sapu terbang dan terbang ke dunia yang berbeda. Ia melepaskan semua kulit yang tidak dibutuhkannya dan berkonsentrasi pada transformasi yang sesungguhnya.
Tokoh hebat seperti J.K Rowling pun berani melepaskan dirinya lebih bebas dan memulai bertransformasi menjadi yang lebih tangguh lagi. Kemudian mencapai semua impian dengan lebih baik dan penuh ambisi. Lantas,bagaimana dengan kamu?
Ini Saatnya!
Ketika kita mampu menerima takdir bahkan mencintainya ,penderitaan seperih apapun tidak akan menggentarkan langkah untuk tetap mereformasi hidup menjadi lebih baik dan memiliki nilai. Kita sebenarnya tidak harus memperbaiki setiap batasan takdir hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Tetapi yang terpenting adalah kita perlu bertahan untuk melewatinya. Takdir itu seperti roda yang berputar. Rasa cinta terhadap takdir diri sendiri adalah energi besar yang bisa mengubah kesulitan menjadi semangat hidup.
Hidup akan menjadi tantangan yang hebat tetapi menggembirakan apabila kita bisa lepas dari bayang-bayang.
Apakah kamu ingin mereset hidupmu?
masih belum terlambat!
Lepaskan.
Bersiap.
Lalu, mulailah.
Mari kita lewati hari ini. Mari mencoba bertahan untuk melewati takdir dan menerima semua yang sudah digariskan untuk hidup kita. Menyerah memang sebuah pilihan akan tetapi terus berjalan dan memperjuangkan adalah keputusan yang sangat dewasa.
Amor Fati!
Cintai Takdirmu. Bertahanlah. Semua pasti berlalu.
Oh iya, jangan lupa baca artikel lainnya di sini.
Comments 1