Menurut A. B. Susanto, melobi adalah:
“Usaha yang dilaksanakan untuk memengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandang positif terhadap topik lobi. Dengan demikian, diharapkan memberikan dampak positif pula bagi pencapaian tujuan.”
Dalam masyarakat, melobi kerap dipandang hanya untuk mewujudkan kepentingan pelobi, bukan untuk kepentingan masyarakat banyak. Pandangan ini bisa saja benar, seperti dalam dunia bisnis, lobi diartikan sebagai rangkaian upaya untuk mendapatkan kepercayaan dari seluruh mitra bisnis. Bahkan dengan kompetitor sekalipun.
Namun, keunggulan seseorang bukan hanya dilihat dari gelar atau pengalaman. Tetapi keahlian membangun jaringan kerja. Sebagai mahasiswa, tentunya kita dituntut untuk tidak hanya memiliki keunggulan dalam bidang hard skill, tapi kita juga dituntut untuk memiliki soft skill. Salah satu soft skill yang setidaknya harus bisa kita kuasai sebagai mahasiswa adalah kemampuan berkomunikasi.
Lobi itu sendiri merupakan kegiatan komunikasi yang bersifat informal untuk membujuk, merayu, atau memengaruhi pihak lain agar pihak tersebut menyetujui usulan, gagasan, ataupun pikiran si pelobi. Nah, memangnya, seberapa penting, sih, kemampuan melobi?
Coba kita bayangkan, sebagai mahasiswa kita sedang terjebak dalam situasi kekurangan uang saku karena kebutuhan perkuliahan yang semakin meningkat. Lalu kita berpikir untuk meminta agar uang saku kita dinaikkan jumlahnya oleh orang tua kita. Tentu saja pada tahap ini kita harus bisa membujuk dan meyakinkan orang tua kita mengapa uang saku harus dinaikkan. Berbagai alasan kita lontarkan agar orang tua setuju dengan pemikiran kita.
Baca Juga: 3 Tahap yang Bisa Menuntunmu Mencapai Tujuan
Tanpa kita sadari, hal kecil seperti yang telah dipaparkan di atas merupakan sebuah kegiatan lobi yang dilakukan seorang anak kepada orang tuanya atas kenaikan uang saku. Itu hanyalah kegiatan kecil yang terjadi dalam keseharian di lingkungan yang kecil.
Dalam berorganisasi di sekolah atau kampus pun, saat kita mengajukan proposal acara pensi pada pihak sponsor misalnya, kemampuan berbicara kita untuk meyakinkan pihak sponsor memberikan dana juga bisa diuji. Bagaimana lobi yang kita lakukan untuk mempengaruhi pihak sponsor akan menentukan hal apa yang akhirnya disepakati. Apakah akan diterima? Atau justru ditolak?
Dalam dunia kerja, kemampuan melobi pun sangat bermanfaat apabila kita memiliki peran sebagai perwakilan perusahaan yang diutus untuk melakukan kesepakatan dengan mitra ataupun kompetitor. Karena menurut Tarmudji yang mengutip Grunig dan Hunt, lobi memiliki fungsi untuk membangun koalisi dengan organisasi lain, mengumpulkan informasi dan mempersiapkan laporan, melakukan kontak dengan individu-individu yang berpengaruh, serta mempersiapkan pengamat dan pembicara ahli jika dibutuhkan.
Nah, menurut kamu sendiri, kemampuan melobi itu penting nggak, sih?