Credit Photo: insidehighered.com
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin menjanjikan pula kehidupan yang dijalani. Begitu kurang lebih kata orang-orang di masyarakat kita. Sehingga terjadi pergeseran standar pendidikan setiap masanya. Dulu sekali, di era 80-an, mereka yang telah lulus SMA memiliki peluang berkarir yang lebih tinggi. Maklum, kala itu lulusan SMA masih terhitung jari. Tapi kini, mereka yang mendapatkan gelar S3 setara doktor pun belum tentu mudah dalam menapaki jenjang karir.
Hal tersebut kemudian memicu gelombang persaingan di masyarakat. Bagaiamana mendapatkan gelar setinggi-tingginya apa pun caranya. Apalagi sistem promosi di perusahaan yang masih menggunakan jenjang pendidikan juga turut memicu. Sehingga bagi mereka yang memiliki ambisi besar, tidak ada pilihan selain lanjut mengambil master setelah lulus sarjana.
Namun, suara di kubu sebelah pun tidak kalah berisik. Beragam argumen telah bertebaran di jagad maya, apakah langsung lanjut master atau memilih untuk bekerja terlebih dahulu. Untuk itu, di tulisan ini, penulis mencoba memberikan garis besar tentang isu tersebut. Selain berdasarkan telaah di tweetland, juga berdasarkan pengalaman sharing dengan orang-orang hebat yang telah penulis temui. Apakah lanjut S2 atau kerja terlebih dahulu.
- Tahu Diri
Ini menjadi aspek yang penting, tahu diri. Karena dari sini segala keputusan dapat lahir. Setiap orang tentu memiliki kondisi dan pertimbangannya masing-masing. Bila kita adalah anak orang kaya yang segalanya terpenuhi, maka tancap gas untuk lanjut menjadi pilihan yang tepat, kejar beasiswa agar tidak lagi menyusahkan orang tua. Namun, bagi kita yang memiliki ekonomi menengah ke bawah, perlu kiranya untuk berusaha agar tetap hidup dengan penghasilan sendiri, sembari mempersiapkan studi lanjut. Dari sana kita dapat merumuskan sikap bijak, apakah kita lanjut S2 atau kerja terlebih dahulu. Ketika kita sudah tahu diri, maka tidak ada lagi perasaan was-was dalam melangkah.
- Berdamai dengan Orang Tua
Orang tua juga dapat menjadi faktor penentu kelancaran sebuah studi. Sehingga wajib bagi kita untuk berdamai dengan orang tua. Senantiasa membicarakan dengan mereka, selagi masih ada. Memang kita memiliki hak untuk menentukan pilihan hidup, namun hadirnya orang tua dapat membawa kebaikan. Walaupun mereka tidak sepintar kita, setidaknya mereka lebih memiliki pengalaman hidup. Apalagi bagi kamu, perempuan. Tentu akan ada lebih banyak pertimbangan dari orang tua.
- Bersiap Kemungkinan Terburuk
Positif thinking memang selalu dibutuhkan, idealis tentu harus, namun jangan melupakan aspek realistis. Kita boleh membuat rencana seindah mungkin, tapi yakinlah rencana Allah lebih indah dari rencana manusia. Sehingga ada kalanya langkah-langkah perjuangan kita terhenti lantaran tidak melihat sesuai rencana kita. Sehingga terus berprogress menjadi kunci. Sembari terus meluangkan ruang di hati untuk bersabar dan bersyukur.
Pada akhirnya, pertanyaan S2 dulu atau kerja dulu nantinya akan terjawab oleh diri kita masing-masing seiring berjalannya waktu. Mari jangan terjebak dengan ucapan dan stereotip masyarakat kita. Apa pun pilihan yang telah dipilih, mari lakukan dengan maksimal. Karena sejatinya, setiap manusia berjalan di zona waktunya masing-masing. Setiap orang punya cara dan masanya masing-masing untuk bersinar. Terus berkarya, Bro!