Credit Photo: www.sec.vt.edu
Setiap kampus senantiasa memancarkan pesonanya masing-masing. Salah satu pesona yang cukup menarik perhatian para mahasiswa baru, dan beberapa mahasiswa lama adalah menjadi panitia dalam sebuah acara. Tentu, hal ini merupakan kegiatan mulia. Apalagi yang berdampak nyata yang dapat dilakukan sebagai seorang mahasiswa. Bahkan ada yang mengatakan, belum menjadi mahasiswa yang seutuhnya apabila belum pernah menjadi seorang panitia. Minimal menjadi panitia pengkaderan mahasiswa baru di jurusan masing-masing.
Namun, tetap saja selalu ada celah untuk melakukan penghakiman terhadap mereka yang terjun di banyak kepanitiaan. Mulai dari mereka yang tidak pernah masuk kuliah, karena lebih mementingkan kepanitiaan. Rapat acara seperti minum obat, tiga kali sehari, sampai labelling “budak proker”. Mengapa budak? Karena mereka tidak sedikitpun dibayar. Bahkan tidak jarang mereka harus membayar untuk menutupi kekurangan biaya dari acara tersebut. Kalau dipikir-pikir memang sangat mirip dengan budak.
Tapi, terima atau tidak, kepanitiaan senantiasa menawarkan pengalaman. Berlatih untuk mengambil sikap bijaksana walaupun dihantam berbagai macam masalah. Berlatih melakukan manajemen keuangan, walaupun dengan dana terbatas tetapi tetap mampu menghasilkan acara yang meriah. Hingga mendapatkan kredit prestasi (SKP) yang sangat dicari oleh segerombolan mahasiswa baru. Untuk menghindari benar-benar menjadi budak proker, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :
- Temukan strong why
Manusia bertindak karena sebuah alasan. Dan alasan tersebut bisa dibilang sebagai niat, cita-cita, motivasi, atau sejenisnya. Poinnya adalah bagaimana alasan tersebut tetap mampu menggerakkan kaki-kaki kita untuk terus melangkah walaupun tengah diterjang masalah. Maka, kita membutuhkan alasan yang kuat agar tetap terus berjalan. Penulis menyebutnya sebagai strong why. Kita harus tahu alasan mengapa kita terlibat kepanitiaan tersebut. Pastikan jangan berlandaskan materi, karena mari sama-sama sadar, bahwa kepanitiaan di organisasi mahasiswa adalah non-profit. Mungkin alasan yang relevan misalnya agar bisa bertemu dengan tokoh tertentu, bersentuhan dengan orang besar, sampai merengkuh berjuta pengalaman. Bila kita sudah menemukan strong why, insyaallah kita tetap akan berjalan dan berkomitmen seburuk apa pun badai cobaan yang menerpa. Karena kita tahu alasan mengapa kita berlelah-lelah mengikuti kepanitiaan tersebut.
- Landaskan dengan keikhlasan
Ikhlas juga harus menjadi poin penting yang terus dijaga dalam menjalani hari-hari kepanitiaan. Kita sama-sama sadar bukan, sedikit dari kepanitiaan mahasiswa yang menawarkan gaji, layaknya pekerja kantoran. Maka, pastikan segala yang kita lakukan di kepanitiaan tersebut berlandaskan ikhlas. Terlepas nanti bagaimana akhirnya, tapi kita senantiasa untuk ikhlas. Karena tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan itu sendiri, apalagi dibumbui dengan keikhlasan.
- Lakukan Lagi dan Lagi
Kepanitiaan tidak ada yang menawarkan senyum cerah. Mayoritas mereka memberikan rasa gundah dan marah. Baik karena anggota yang ilang-ilangan, ketua panitia yang kurang bisa mengayomi, tujuan yang tidak jelas, sampai tidak adanya rasa memiliki acara di masing-masing panitia. Begitu tidak stabilnya kondisi yang akan dihadapi dalam perjalanannya, justru menjadi hal yang sangat dikangenin oleh mereka yang telah meninggalkan dunia mahasiswa. Karena dunia mahasiswa adalah tempat untuk belajar, salah menjadi sebuah hal yang wajar. Tapi dari kesalahan tersebut kita belajar untuk memperbaiki diri di kehidupan pasca kampus. Bila engkau menjadi seorang panitia, berada di posisi terendah, maka bangkit kembali, dan mari lakukan lagi. Sejatinya perjalanan panjang itu akan segera selesai, maka ayo berjalan lagi!