3. Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak
Program selanjutnya yang menurut Nadiem masuk dalam prioritas ialah Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak. “Bisa dibilang, secara substantif merupakan program yang terpenting, karena tidak ada yang namanya peningkatan mutu tanpa adanya peningkatan mutu dari guru,” jelas Nadiem.
Program ini terbagi atas empat poin, pertama ialah sertifikasi guru dan tenaga pendidikan. Kedua, peningkatan kompetensi dan kualifikasi GTK. Ketiga penjaminan mutu, advokasi daerah dan sekolah. Keempat ialah pembinaan peserta didik. “Guru penggerak ini adalah metode identifikasi guru-guru baru, yang akan memastikan bukan hanya guru itu kompeten, tetapi punya kemampuan untuk mementor guru-guru lain. Dan dia punya jiwa kepemimpinan,” papar Nadiem. Guru penggerak itu, lanjut dia, adalah calon-calon pemimpin dan kepala sekolah masa depan.
4. Peningkatan Kualitas Kurikulum dan Asesmen Kompetensi Minimum
Pada 2021, Nadiem resmi mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter. “Kita akan pindah tahun depan ke asesmen kompetensi dan survei karakter,” papar Nadiem.
Asesmen Kompetensi Minimum, kata Nadiem, akan berfokus pada cara mengukur kompetensi dengan standar yang lebih global, dengan standar yang bukan bergabung pada materi informasi, tetapi pada kemampuan bernalar, baik di numerasi, literasi, ditambah juga dengan nilai-nilai Pancasila.
Sehingga, lanjut dia, siswa memiliki kemerdekaan dari diskriminasi yang selama ini banyak terjadi, bahwa yang mampu bimbel yang dapat angka baik “Ini memerdekakan anak kita dari status ekonomi apapun. Ini bukan lagi masalah menguasai materi namun mengenai kemampuan mengolah informasi dan bernalar kritis,” jelas Nadiem. Kemendikbud menganggarkan program kurikulum dan asesmen kompetensi minimum sebesar Rp 1,48 triliun.
Nadiem mengatakan, anggaran yang cukup besar ini untuk pengadaan unit laptop bagi guru dan siswa menghadapi uji asesmen kompetensi yang direncanakan Kemendikbud berlangsung tahun depan. “Laptop-laptop untuk mengantisipasi asesmen kompetensi tahun depan dan juga untuk memberikan TIK yang layak bagi guru-guru dan anak-anak,” kata dia
5. Revitalisasi Pendidikan Vokasi
Kemendikbud selanjutnya juga akan memfasilitasi “pernikahan massal” antara unit pendidikan vokasi dengan industri. Nadiem menerangkan yang menjadi fokus utama adalah peningkatan SDM, setelah itu barulah sarana dan prasarana yang memadai. “Karena mesin-mesin hebat yang tidak bisa dioperasionalkan, itu akan mubazir. Bahwa anggaran kita belum terserap dengan baik karena belum ada pelatihan terhadap penggunaan prasarana yang lebih baik,” kata dia.
Sehingga, ini merupakan bentuk kemerdekaan bagi SMK dan politeknik untuk membawa pakar-pakar, pelatih dan guru-guru terbaik dari lingkungan industri. Alokasi program revitalisasi pendidikan vokasi sebesar Rp 5,20 triliun.
6. Program Kampus Merdeka
Untuk program Kampus Merdeka, Kemendikbud menganggarkan dana Rp 4,42 triliun yang akan membantu transformasi perguruan tinggi menjadi universitas yang lebih otonom dan akuntabel. Nadiem juga mengatakan, universitas diberikan kemerdekaan untuk menentukan takdir mereka sendiri-sendiri, untuk bisa menentukan spesialisasi mereka sendiri-sendiri.
Termasuk meningkatkan SDM pendidikan tinggi dan membantu perguruan tinggi mendapatkan akreditasi tingkat internasional dan berkompetisi di panggung dunia. “Kita membantu sekolah-sekolah yang tak ada biaya akreditasi internasional, kita dukung,” jelasnya.