“Jangan menyerah”, “Kamu harus bersyukur diluar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung kamu”, atau “Jangan berfikir negatif, positive thinking dong” adalah kata-kata yang mungkin sering kali orang lain katakan kepada kalian, disaat kalian sedang berada dalam suatu permasalahan. Bahkan mungkin juga kalian katakan kepada orang disekitar kalian ketika mereka bercerita kepada kalian mengenai persoalan yang mereka hadapi. Dengan harapan kata-kata tersebut kemudian dapat meringankan beban pikiran akan permasalahan yang terjadi.
Tapi tahukah kamu? Sebenarnya, ungkapan-ungkapan positif tersebut tidak selamanya berdampak baik namun malah sebaliknya. Hal ini seringkali dikenal dengan istilah toxic positivity. Toxic positivity mengacu pada kondisi dimana ungkapan positif yang sebelumnya dungkapkan dengan tujuan untuk meringankan beban pikiran seseorang terhadap masalah yang sedang dihadapi dengan cara menolak apapun yang memicu munculnya emosi negatif pada dirinya dan hanya memberikan ungkapan positif sebagai bentuk penyemangat, namun pada akhirnya justru memberikan tekanan bagi seseorang yang bermasalah tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti University of California yaitu Berkeley pada tahun 2018 lalu, mengemukakan bahwa partisipan yang menerima emosi negatif yang berasal dari dalam dirinya malah lebih mudah dalam mengendalikan emosi dan mengatasi stress. Justru sebaliknya, partisipan yang berusaha menyangkal emosi negatif dan memilih untuk hanya menerima emosi positif, akan lebih rentan dalam mengontrol emosi mereka serta memiliki kecenderungan kesehatan mental yang rapuh.
Pada dasarnya disaat seseorang mencoba menyangkal dan juga menghindari emosi negatif yang ada dalam dirinya, lalu memutuskan hanya akan merima hal-hal positif, tindakan tersebut malah akan mendoktrin pikiran mereka untuk selalu menolak emosi negatif yang mereka rasakan. Hal ini tentunya sangatlah tidak baik, karena lumrahnya antara emosi negatif dan positif harus memiliki porsi yang seimbang.
Menurut psikolog dari University of Melbourne School of Psychological Science yakni Brock Bastian pernah mengemukakan dalam suatu wawancara yang dilakukannya, bahwa ketika seseorang berusaha untuk menyangkal dan menolak dirinya untuk merasakan berbagai tekanan dari luar, dan hanya mau menerima emosi dan ungkapan senang, maka mereka akan menganggap bahwa emosi negatif merupakan tanda dari suatu kegagalan. Tentunya hal ini akan mendorong mereka menjadi semakin tidak bahagia dan justru tertekan.
Ketika ada seseorang yang sedang bermasalah mencoba bercerita kepada kalian, sebetulnya yang mereka butuhkan hanyalah diri kalian yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Mereka mencoba berbagi perasaan yang mereka rasakan, kita hanya perlu untuk memvalidasi apa yang mereka rasakan pada saat itu. Lalu bagaiamana yang harus kita lakukan untuk tidak menjadi pelaku toxic positivity itu sendiri?
Menerima perasaan yang mereka rasakan
Cobalah untuk menerima perasaan yang mereka bagikan, alih-alih megatakan “Jangan menyerah, semua orang juga pasti merasakan hal yang sama sepertimu” akan lebih baik jika kalian mengatakan “Menyerahpun terkadang akan lebih baik, pasti kamu sudah berusaha keras hingga di titik ini”. Secara tidak langsung kita akan membantu mereka untuk menerima dan melihat hal baru yang ada didepan mereka serta belajar mengikhlaskan apa yang belum bisa diraihnya.
Bisa jadi berbagi pengalaman yang kurang menyenangkan serta mengiyakan apa yang teman kalian rasakan tanpa harus memberi nasihat positif yang berlebihan justru akan membuat perasaan teman kalian menjadi lebih enakan dan dewasa dalam menyikapi permasalahan yang menimpanya.
Kurangi tekanan untuk memaksakan positivity
Tidak semua orang yang dihadapkan permasalahan membutuhkan penyemangat dari kita. Karena ketika kita memaksakan emosi negatif seperti perasaan kecewa, sedih, khawatir, atau cemas untuk disangkal dan dipendam demi hanya memaksakan positivity pada orang lain, hal itu justru berdampak pada menumpuknya emosi negatif yang pada akhirnya dapat meledak sewaktu-waktu.
Nah, itu tadi ulasan mengenai sisi lain dari ungkapan penyemangat yang sering kita dengar dan bahkan juga kita ungkapkan pada orang lain. Semoga dengan ulasan ini kita semua dapat terhindar dari toxic positivity.
Comments 1