Credit Photo: telegraph.co.uk
Ada satu fakta menarik yang pernah dikabarkan oleh Campuspedia terkait kondisi salah jurusan yang dialami mahasiswa Indonesia. Sebuah data riset dari Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF) menyatakan bahwa 87 persen mahasiswa merasa salah jurusan. Baik kategori merasa atau benar-benar salah jurusan.
Banyak faktor yang terjadi, mulai dari ketidaktahuan, tidak ada rencana, sampai paksaan dari orang tua. Tentu, berbagai macam solusi pun bermunculan untuk mengatasi permasalahan yang cukup fatal. Karena tidak bisa dipungkiri, mereka yang bermasalah dengan jurusan, maka kebanyakan akan bermasalah dengan pekerjaan yang didapat, atau bahkan jauh lebih buruk.
Dalam beberapa kesempatan berbicara di depan mahasiswa baru, penulis senantiasa bertanya siapa-siapa saja yang merasa salah juruan dan “dipaksa” masuk jurusan tersebut. Dan tidak jarang, banyak tangan-tangan mengacung ke udara sebagai tanda bahwa fakta salah jurusan senantiasa berlanjut.
Tentu, ini akan menimbulkan dilema. Oleh karena itu, tulisan ini akan mencoba memberikan beberapa pandangan terkait dengan kamu yang merasa salah jurusan. Dan mencoba membantu kamu agar segera berdamai dengan jurusan.
- Bersyukur dulu
Ini merupakan tips yang paling ampuh dalam menyikapi tragedi salah jurusan. Kamu orang pilihan. Kamu telah melewati malam-malam panjang nan melelahkan untuk sampai di titik ini. Perlu diketahui, mereka yang mendapatkan status mahasiswa seperti kamu, hanya 2,6 persen dari total penduduk Indonesia. Tentu, itu merupakan anugerah luar biasa yang harus disyukuri.
Apalagi kamu diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Walaupun kamu merasa salah jurusan di PTN tersebut, setidaknya kamu masuk ke lingkaran orang-orang yang tidak sembarangan. Apabila kamu memaksimalkan kesempatan, kamu bisa belajar banyak hal dari mereka. Karena salah satu ciri orang hebat adalah bergaul dengan orang-orang hebat. Jadi, syukuri aja dulu.
- Jangan Terpaku di Kelas
Ini biasanya sering disampaikan oleh motivator-motivator kampus. Jangan terlalu berfokus di kelas, banyak kegiatan yang dapat diikuti sebagai wadah pengembangan diri. Bahkan kampus menyediakan beragam ormawa untuk disinggahi. Apalagi kampus juga butuh kinerja mahasiswa di ormawa sebagai salah satu poin penilaian untuk pemeringkatan kampus.
Bagi kamu yang merasa salah jurusan, kelas bukan lagi panggungmu. Jangan sedih ketika kamu menjadi orang biasa di kelas, karena kamu telah merasa salah jurusan. Walaupun tidak bisa setidaknya mengerti sedikit dan sedikit mengerti. Masih banyak panggung di luar sana yang dapat dijadikan tempat belajar. Kamu masih punya kesempatan untuk bersinar dan menjadi diri sendiri seutuhnya.
- Menyusun Perencanaan
Tragedi salah jurusan biasanya dicap orang sebagai ketidakjelasan masa depan. Pertama jangan marah. Jadikan itu sebagai bahan bakar untuk senantiasa semangat membuktikan, bahwa omongan mereka belum tentu benar. Tips selanjutnya untuk mulai berdamai dengan jurusan adalah mulai menyusun perencanaan. Selama 4 tahun masa kuliah untuk sarjana, atau 3 tahun masa kuliah untuk diploma, hal-hal keren apa saja yang harus diraih.
Setelah perencanaan telah dibuat, selanjutnya adalah mulai melibatkan diri pada kegiatan maupun hal-hal yang mendukung dunia pasca kampus. Misalnya setelah lulus, ingin menjadi seorang pengusaha start-up, maka selama 4 tahun masa kuliah, senantiasa ada waktu untuk memperdalam ilmu tentang start-up, walaupun jurusannya biologi misalnya. Ikut start-up summit, bergabung dengan komunitas pengembang, sampai membangun jejaring dengan para praktisi start-up. Ini merupakan strategi efektif untuk mempersiapkan pasca kampus bagi mereka yang salah jurusan.
Dan pada akhirnya, berdamai dengan jurusan adalah masalah perasaan. Engkau boleh memaki Tuhan, bahwa engkau berada di jalan yang salah. Nyatanya, Tuhan lebih tahu di mana engkau pantas dan layak untuk berjalan. Jadi, mulai jalani dengan sepenuh hati, selesaikan apa yang harus diselesaikan. Dan pada akhirnya nanti, engkau akan tahu alasan mengapa Tuhan menempatkanmu pada jurusan yang engkau anggap sebagai tragedi.
Comments 1