Begitu masuk dalam dunia perkuliahan, pastinya Sobat Minca mendengar berbagai macam istilah, seperti mahasiswa kura-kura, mahasiswa kupu-kupu, bahkan mahasiswa kunang-kunang. Dari berbagai macam jenis mahasiswa yang disebutkan, ada salah satu jenis yang mendapat banyak komentar, yaitu mahasiswa kupu-kupu. Bahkan terbentuk pula stigma mahasiwa kupu-kupu yang malas dan tidak mau berpartisipasi.
Benarkah demikian?
Siapa sih mahasiswa kupu-kupu?
Sebelum mengenal mahasiswa kupu-kupu, kita berkenalan dengan jenis lainnya dulu, yuk!
Mahasiswa kura-kura merupakan singkatan dari kuliah rapat-kuliah rapat, sementara kupu-kupu adalah kuliah pulang-kuliah pulang, dan kunang-kunang adalah kuliah nangis-kuliah nangis.
Dari tiga jenis mahasiwa ini yang acapkali dilanggengkan namanya di setiap kampus, mahasiswa kupu-kupu lah yang memiliki banyak opini yang kurang bagus.
Pasalnya stigma mahasiswa kupu-kupu terbentuk karena kebiasaan mereka yang langsung pulang setelah perkuliahan selesai, yang biasanya dinilai sebagai mahasiswa yang tidak produktif.
Gimana, Sobat Minca yang kupu-kupu, apakah setuju dengan narasi di atas?
Stigma mahasiswa kupu-kupu
Seperti yang dijelaskan di atas, stigma mahasiswa kupu-kupu dilandaskan semata pada kebiasaan mereka.
Karenanya banyak sekali pandangan yang menilai bahwa mahasiswa kupu-kupu adalah mahasiswa yang malas, muncul pula prediksi dengan nada judgemental bahwa mahasiwa kupu-kupu tidak akan memiliki masa depan sebaik mahasiswa kura-kura.
Entah darimana munculnya stigma mahasiswa dengan label tertentu seperti ini, yang perlu diperhatikan adalah jika ide yang disuarakan hanya dilandaskan dari observasi semata, kamu tidak perlu ikut-ikutan ya Sobat Minca!
Mau kupu-kupu, kura-kura, kunang-kunang, semuanya sama, berdiri sama tinggi dan duduk sama rata.
Ada kegiatan yang lebih penting
Banyak yang tidak tahu, mahasiswa kupu-kupu pun memiliki alasannya sendiri. Lebih tepatnya, setiap orang memilik alasan mengapa dia melakukan apa yang dia lakukan.
Si kura-kura, ingin rapat karena mempunyai banyak waktu luang? Oke. Si kunang-kunang, suka nangis karena tugas kuliah? Gapapa kita sama. Si kupu-kupu, langsung pulang karena ada yang perlu dikerjakan? Silakan.
Mahasiswa kupu-kupu yang kamu lihat bisa saja memiliki kepentingan lain, seperti merawat orang tuanya yang sakit, bekerja paruh waktu untuk membayar uang kuliah, mengikuti komunitas di luar kampus, atau berjualan membantu keluarga.
Pada dasarnya, selagi tidak merugikan siapapun, kamu berhak melakukan apapun, ko!
Memaklumi dan berkomunikasi
Munculnya jenis mahasiswa ini perlu direduksi dan mulai memupukkan sikap empati terhadap sesama mahasiswa. Kesibukan kamu tentunya tidak hanya sekedar kuliah, bukan? Kamu juga mempunyai kehidupan lain di luar tanggung jawab akademik.
Ada baiknya untuk memaklumi si kupu-kupu jika mereka menolak ajakanmu untuk jalan-jalan sepulang kuliah, atau jika dia tidak berpartisipasi dalam acara kampus yang segera diselenggarakan.
Agar kamu memahami alasannya, kamu bisa mengomunikasikan kebutuhanmu dengannya. Pasti si kupu-kupu juga mengerti maksud baikmu, ko! Mereka pun mempunyai hal yang dipertimbangkan, jika kamu mau berdiskusi pasti mereka bersedia!
Siapapun mempunyai kesempatan yang setara
Berkaitan dengan stigma mahasiswa kupu-kupu yang katanya tidak produktif, mereka juga mempunyai kesempatan yang sama dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya.
Mereka juga bisa sukses dan mencapai nilai yang memuaskan, mereka juga bisa berpartisipasi dan lulus tepat waktu. Siapapun itu memiliki kesempatan untuk mencapai kehidupan yang diinginkannya, untuk meraih kesuksesan yang sesuai dengan takarannya.
Gimana, Sobat Minca? Yuk mulai membesarkan rasa empati dan komunikasi! Stigma mahasiswa kupu-kupu ini pun sudah seharusnya tidak diperpanjang, ya! Kamu, dia, dan mereka, memiliki hak dan kewajiban yang sama di bangku perkuliahan!