(Sumber foto : https://en.wikipedia.org/)
Melanjutkan kuliah di luar negeri, tentu menjadi impian semua orang. Tetapi kebanyakan diantara kita terhambat karena kurang menguasai bahasa asing dimana tempat kuliah. Nah, saya akan berbagi sedikit pengalaman saya terkait kuliah S2 di luar negeri. Semoga artikel sederhana ini belum cukup terlambat untuk dibagikan. Selepas dua minggu tiba di tanah air, banyak dari teman-teman dan adik-adik yang menanyakan mengenai kuliah S2 di Turki terutama bagaimana proses belajar setelah diterima dan menghadapi kehidupan selama di kampus hingga kelulusan nanti. Kesempatan ini saya tidak akan terlalu banyak membahas tentang teknis detail ataupun cara jitu bagaimana bisa sukses S2 di Turki. Namun, saya hanya ingin berbagi cerita dan sharing pengalaman sebagai (mantan) mahasiswa S2 yang Alhamdulillah telah menyelasaikan studi saya, dengan hasil yang memuaskan pada bulan Juni kemarin dengan. Saya tidak bermaksud sombong tetapi sebagai pemicu semangat teman-teman untuk terus meraih cita-cita.
Saya mencantumkan dua poin terlebih dahulu sebagai info awal untuk mengetahui kehidupan S2 di Turki. Strata 2 (S2) dapat ditempuh dalam berapa tahun di Turki dan bagaimana sistem penilaian secara umum? Secara normal, S2 dapat diselesaikan dalam tempo 2 tahun dimana 1 tahun merupakan proses pembelajaran dalam kelas (coursework) dan setelahnya selama 1 tahun untuk pengerjaan thesis. Secara umum, terutama di kampus saya (Marmara University, Istanbul), nilai minimal untuk dapat lulus adalah “CC” (apabila dikonversi ke skala 100, range nilai berada pada kisaran 65-74). 90-100 : AA – 4.00; 85-89: BA – 3.50; 80-84: BB – 3.00. Sedangkan, dibawah 80 mendapat nilai CB, CC, DC, dst. Namun, apabila mendapatkan CC – 2.00 dan merasa kurang puas, mahasiswa dapat mengulang di semester berikutnya untuk mendapatkan nilai minimal CB – 2.50.
Menurut saya, untuk mendapatkan nilai “AA” terutama dalam Bahasa Turki dibutuhkan kerja keras dan usaha ekstra diatas rata-rata. Belajar semalaman-pun belum tentu bisa mendapatkan nilai sempurna ini (diatas 90). Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah kenali dosen masing-masing dan cara mereka mengajar serta proses pemberian nilai. Terdapat beberapa tipe dosen dalam sistem belajar-mengajar diantaranya seperti metode diskusi, presentasi dan text book approach. Bisa dibayangkan selepas TÖMER dengan bahasa Turki yang masih belum lancar, kita sudah dihadapkan pada kelas yang sangat dinamis dimana hanya kita sendiri sebagai orang asing. Kita tidak perlu pesimis dulu walaupun pengusaaan Bahasa Turki masih belum lancar. Banyaklah membaca dan praktek menulis. Alhamdulillah, dalam beberapa kesempatan, ada dosen yang memberikan nilai berdasarkan kehadiran, aktivitas selama di kelas dan tugas yang dikumpulkan. Jadi, walaupun dengan Bahasa Turki yang pas2an, kita juga sangat bisa untuk mendapatkan nilai “AA” ini. Semangat!
Tentu kalian bertanya, berapa jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus “dihabiskan” ? SKS yang harus dihabisnya ialah sekitar 60 credit. Contoh kasus, di kampus Marmara semester 1 harus menyelesaikan 6 mata kuliah dengan beban masing-masing 5 credit. (6 matkul x 5 credit = 30 credit semester). Selanjutnya semester 2 pun demikian. Cukup berat memang bagi mahasiswa S2 karena biasanya rerata per semester adalah 3-4 mata kuliah.
Tidak heran banyak dari mahasiwa asing maupun Indonesia yang menambah waktu studi untuk pengerjaan thesis (termasuk saya) karena memang kesulitannya pun bermacam-macam. Contohnya, bahasa Turki yang digunakan dalam percakapan sehari-hari sangat berbeda dalam konteks akademik. Oleh karena itu, diperlukan proofreader (native orang Turki) yang membantu mengkoreksi hasil terjemahan. Saya saja membutuhkan waktu hingga 5 bulan untuk proses proofreading ini supaya layak diujikan dalam sidang thesis
Apa sih yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi kehidupan akademik S2 di Turki? Menurut saya, yang perlu dipersiapkan adalah mental. Ya! Mental sebagai juara (Winner). Pantang menyerah untuk kembali sebelum menang, karena saya melihat, banyak awardee baik dari Indonesia maupun mancanegara yang pulang kampung sebelum lulus karena banyaknya kendala yang dihadapi. Terutama Bahasa Turki! Bahasa Turki sebagai “momok” dan menjadikan kita kesulitan dalam menyelesaikan studi. Hal ini wajar namun bukan sebagai alasan untuk menyerah. Kita harus mengingat-mengingat motivasi dan resiko/tanggung jawab ketika menerima beasiswa. Banyak dari teman-teman dan beberapa orang yang menghubungi saya bertutur sudah kesekian kali mereka mencoba tapi tetap gagal, padahal seharusnya bersyukur bahwa kita bisa mendapatkan kesempatan yang tidak banyak orang bisa dapat. Hal ini dapat disiati dengan cara tetap tekun dan bersungguh-sungguh ketika masa TÖMER (pengajaran bahasa Turki selama 1 tahun sebelum masuk universitas) dan perbanyak latihan terutama menulis!
Hal kedua adalah latihan sebagaimana quotes terkenal “practice makes perfect”. Banyaknya latihan akan membuat kita terbiasa dalam menggunakan bahasa dan belajar di kelas. Pergaulan dengan orang lokal pun sedikit banyak membantu kita memperlancar bahasa itu sendiri. Hal ketiga adalah diskusi dan berkenalan dengan orang-orang penting/inspiratif sehingga kita dapat termotivasi dan mendapatkan banyak pelajaran dari pengalaman para pendahulu. Hal ini yang banyak saya lakukan terutama dengan orang asing sehingga saya mendapatkan insight dan ide baru terutama dalam menulis. Selain mendapatkan teman, saya juga banyak termotivasi untuk menyelesaikan studi.
Terakhir, sebanyak mungkin membuat atau mengerjakan karya produk ilmiah sebagai mahasiswa S2. Publikasi paper/makalah dalam bahasa Inggris atau Turki akan membentuk pola pikir dan pemahaman yang baik sebagai seorang mahasiswa. Sebagai orang sosial, maka interaksi dan dinamika sosial sangat menarik untuk disajikan dalam bentuk makalah dan dipresentasikan di simposium atau konferensi internasional. Selain mendapatkan feedback atas hasil riset yang kita kerjakan, kita juga dapat membuka network baru dengan orang-orang yang berbeda latar belakang maupun pekerjaan. Selain itu, peluang pun dapat mengalir kepada kita.
Sebenarnya banyak cerita dan hal lain mengenai kehidupan S2 di Turki. Namun, bagus untuk disampaikan secara bertahap. Artikel diatas murni sebagai pandangan saya sebagai lulusan jenjang S2 di Turki. Harapannya, semoga dapat memberikan pencerahan kepada rekan-rekan yang sedang studi dan awardees yang akan melanjutkan kuliah S2 di Turki. Sukses selalu untuk kita semua!
Bandar Lampung – Indonesia, 14 Agustus 2016
Arif Darmawan
Pak, bagaimana caranya mendaftar S3 di Marmara university, jalur berkas atau mandiri ?
Bisa di cari di website kampus terkait 🙂