Proses mengenal diri sendiri adalah bagian penting dalam hidup untuk bisa hidup damai (khususnya secara batin) di dunia ini. Banyak sekali proses dan cara yang harus dilalui untuk mengenal diri sendiri. Namun, dalam artikel kali ini kita tidak akan membahas bagaimana proses dan caranya. Namun, tentang bagaimana cara kita menilai diri kita sendiri.
Mengapa hal ini perlu dibahas, bukankah sudah ada orang lain yang setiap saat menilai tingkah laku kita? Jawabannya untuk membantumu menjalani kehidupan yang percaya diri. Sering kali kita menganggap persoalan kita muncul karena kekurangan yang ada dalam diri kita. Padahal persoalan muncul karena kita berinteraksi dengan manusia lain. Sehingga, setiap manusia pasti memiliki persoalan. Lalu, bagaimana cara kita memandang perasaan inferior?
Berikut ulasan yang diambil dari buku “The Courage To Be Dislike” karya Ichiro Kishimi & Fumitake Koga:
- Arti Minderwertigkeitsgefühl
Diambil dari bahasa Jerman, kata Minderwertigkeitsgefühl yang artinya perasaan (Gefühl) memiliki lebih sedikit (minder) harga (Wert). Jadi, perasaan inferior ini berkaitan dengan ukuran nilai seseorang terhadap dirinya. Ukuran nilai yang dimaksudkan adalah perasaan bahwa seseorang tidak berharga, atau bahwa nilai dari dirinya hanya sebatas itu.
- Penafsiran Subjektif
Penafsiran terhadap diri kita itu bersifat subjektif. Ini tentang bagaimana menjadikan kekurangan kita untuk menjadi sesuatu yang dapat mengubah gaya hidup dan pikiran. Sebagai contoh, Yuki mempunyai tinggi badan 155 cm. Ia mencemaskan tinggi badan itu. Ia kemudian bercakap dengan seorang teman. Mengatakan bahwa tinggi badannya adalah sebuah kendala. Namun temannya justru berkata, “Memangnya apa yang akan kaukerjakan kalau badanmu bertambah tinggi? Kau tahu, kau punya bakat untuk membuat orang rileks.”
Yuki dibuat sadar bahwa perawakan kecil adalah hal yang menguntungkan. Memang pria berbadan besar dan kuat bisa mengintimidasi orang hanya karena ukuran tubuhnya. Namun, orang bertubuh kecil, mereka bisa melepaskan kewaspadaan.
Dari kedua penjelasan di atas, maka kita dapat mengubah gaya hidup kita. Ya, gaya hidup yang sedang kita jalani ini berada di bawah kendala kita meskipun juga dipengaruhi oleh orang lain. Kita tidak bisa mengubah fakta yang objektf. Namun, penafsiran subjektif bisa diubah sesering yang kita inginkan. Jika kamu tidak ingin mengkhwatirkan kekuranganmu maka kamu harus mengubah cara pandang terhadap hal itu. Mulailah hidup dengan menempatkan hal di tempat yang seharusnya. Buat dirimu bahagia dengan memberikan nilai berharga pada dirimu.
Comments 1