Siapa yang tak kenal aktris, model, dan bintang iklan sukses yaitu Dian Paramita Sastrowardoyo atau yang akrab dengan panggilan Dian Sastro?
Sejak berusia 14 tahun, aktris kelahiran 1982 ini telah berkarir di dunia model. Saat itu ia menjadi juara utama ajang GADIS sampul majalah yang sangat populer. Dian Sastro dulunya mahasiswa Fakultas Hukum UI namun tidak tamat. S1 lagi di Jurusan Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia dan S2 Fakultas Ekonomi, Magister Manajemen Universitas Indonesia dengan predikat lulus cum laude Agustus 2014.
Sejak usia 9 tahun ibunya, Dewi Parwati Setyorini, udah ngajakin Dian Sastro ngomongin masa depan lho. Kebayang nggak kalau ibunya menasihati seperti ini,
“Kita bukan orang kaya makanya kamu harus pinter. Kalau kamu ingin sukses kamu harus bersaing dengan anak-anak lain dari berbagai daerah untuk mencari pekerjaan. Di jaman kamu pasti bakal lebih banyak anak-anak yang pintar.”
Yap, kelihatan banget kan kalau karakter ibu ini melekat pada karakter anaknya yang juga cerdas. Ibunya yang juga seorang sastrawan dan pekerja keras sehingga melatih anaknya untuk tidak menjadi anak manja.
Sejak usia 10 tahun, Dian sudah harus menentukan tujuan hidupnya. Itulah cara memulai kesuksesan. Dia mulai berpikir, “apa sih yang kamu bayangin di 10 tahun kedepan?” Itulah yang tertanam dalam kepala Dian Sastro di usianya yang baru 1 dekade. Dengan begitu dia membuat perencanaan 5 tahun kedepan, 3 tahun kedepan, 1 tahun kedepan, dan bulan depan apa saja yang harus di capai. Ketika itu Dian membuat list measureable dan achieveable dan lain-lain sebagai target pencapaian kesuksesan.
Di usia ini juga Dian udah pengen banget sekolah di luar negeri, karena Dian berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah dia merasa bahwa orang tuanya takkan mampu membiayainya kuliah di luar negeri. Untuk tetap mencapai apa yang dia inginkan, ia berfikir bahwa untuk kuliah di luar negeri (saat itu) membutuhkan uang kurang lebih 200 juta. Selanjutnya ia berpikir apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan uang sebanyak itu nanti di usia 17 tahun? Pekerjaan apa yang bisa menghasilkan banyak uang?
Dian melihat bahwa menjadi model merupakan profesi yang dapat menghasilkan pundi-pundi uang. Di usianya yang masih belia, dia mencari tahu bagaimana caranya menjadi model yang sukses, jawabannya adalah menjadi model majalah GADIS. Nah, dikala itu kan majalah tersebut hype banget, dan sebagian besar remaja Indonesia pengen banget menjadi pemenang di ajang GADIS sampul. Dalam waktu 4 tahun Dian memotivasi dirinya agar bisa juara 1 dalam kompetisi model tersebut. Gimana caranya? Dian research satu persatu apa sih yang menyebabkan hanya 1 orang yang menjadi pemenang. Pertama, dari segi umur, pemenang GADIS sampul biasanya berusia 14 tahun. Kedua, dia baca isi dari majalah tersebut kira-kira apa yang membuat 1 orang itu menang, dan jawabannya adalah dengan memiliki karakter.
Nah, agar memiliki ‘karakter’ akhirnya Dian Sastro memutuskan mengikuti berbagai kegiatan seperti pancak silat, lomba baca puisi bahasa Inggris dan banyak hal lainnya.
Nothing in life comes for free, you have work for ask and to get it. Ambisiously itu penting.
Di usia 13 tahun, ayahnya, Ariawan Rusdianto Sastrowardoyo meninggal dunia. Kehilangan ayah dan kesibukan ibunya sempat membuat Dian merasa sedih. Namun kesedihan itu tidak membuatnya patah semangat untuk menjadi orang yang sukses. Sejak kecil Dian dibiasakan oleh ibunya membaca buku, menceritakan kembali dengan cara membuat paper tentang isi buku yang di sarankan ibunya untuk di baca. Nah, kalau kalian sudah di biasakan membaca karya yang berbobot seperti karya sastra maka kalian juga terlatih untuk berpikir lebih kritis.
Ketika Dian telah menjadi seorang ibu dan memutuskan menjalani S2, banyak pertimbangan-pertimbangan yang membuat dirinya ragu untuk meninggalkan anaknya. Namun, keluarga memberi dukungan besar sehingga apa yang di cita-citakan tercapai. Dalam perjalanan hidupnya, kesuksesan seorang Dian Sastro tidak lepas dari kegagalan. Kira-kira gimana ya Dian menanggapi dan menjalani kegagalan tersebut? So, Dian berkata bahwa,
“Kegagalan sesungguhnya tidak pernah benar-benar ada. Kegagalan bukan berarti segala sesuatunya tamat, namun belum berhasil. Dari belum keberhasilan itulah kita mencari jalan keluar.”
Kegagalan yang dia ingat sekali adalah ketika bekerja di kantor sebagai kosultan dan masih menyandang artis. Dian merasa bahwa menyandang status artis adalah ujian terutama ketika mencoba terjun di bidang selain artis. Profesionalitasnya sering diragukan hanya karena dia artis. Dian dianggap hanya bisa “jual muka” dan dianggap kurang berkompoten di bidang yang lain. Hal tersebut sempat membuatnya down. Dian merasa bahwa kegagalan ini memicunya untuk belajar 2x lebih keras di banding teman-temannya yang bekerja sebagai konsultan namun bukan artis. So, dia menepis semua citra buruk masyarakat terkait “artis” yang di anggap hanya menjual keindahan fisik saja.
In conclusion, keberhasilan tidak dibangun tiba-tiba namun sejak kecil. Pengalaman yang didapat dari proses pendidikan dan pekerjaan pada akhirnya tidak dapat diperhitungkan dengan nominal gaji, khususnya untuk seseorang yang baru saja lulus dari kuliah alias fresh graduate. Zaman yang terus berkembang menuntut kita untuk harus beradaptasi dan almamater yang kita bawa tak selamanya dapat menghindarkan kita dari kegagalan. Justru pengalaman gagal yang membuat kita menjadi sukses. Mau lulusan manapun potensi kalian-lah yang lebih menentukan keberhasilan, bukan kesombongan kalian.
Comments 1