Masa kecil merupakan masa-masa yang indah penuh mimpi. Ada yang bercita-cita menjadi dokter, guru, pilot, polisi, ilmuwan, seniman, atau lainnya. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak hal yang semula tidak kita tahu menjadi tahu. Semakin dewasa banyak hal yang kita hadapi. Pribadi dan pemikiran kita pun semakin berkembang.
Sampai akhirnya selalu ada satu titik di mana ketika hal-hal yang kita harapkan rupanya tidak sesuai kenyataan. Sebagai manusia yang memiliki kebebasan berpikir, tentu kita kerap memiliki pandangan yang ideal terhadap suatu hal. Apa lagi jika hal-hal tersebut menyangkut masa depan. Entah soal jurusan di SMA dan saat kuliah, karir yang akan diambil, hubungan yang ingin dibina, rumah impian, atau mungkin kita juga suka berpikir suatu kondisi ideal terkait suatu sistem yang mempengaruhi hidup orang banyak? Sistem pendidikan atau sistem birokrasi yang ideal misalnya?
Kita memiliki suatu idealisme tentu bukan tanpa alasan. Setiap orang tentu memiliki suatu pandangan yang ideal terhadap sesuatu versi masing-masing. Biasanya pandangan ini merupakan pandangan yang baik. Karena kita melihat kekurangan pada sesuatu, kita pun menginginkan perubahan. Dari sini lah pikiran-pikiran idealis biasanya muncul.
Tapi, bagaimana jika kenyataan yang kita hadapi justru tak berjalan sesuai ekspetasi? Apakah kita harus melepaskan idealisme kita dan menerima keadaan begitu saja? Atau malah memegang teguh idealisme tersebut tanpa mempedulikan kenyataan yang ada? Mana sih yang lebih penting antara idealis dengan realistis?
Baca juga: Waktu Luangmu Membosankan? Coba Beberapa Kegiatan Ini!
Tahukah kamu bahwa beberapa orang hebat memiliki idealisme yang teguh? Misalnya, Ir. Soekarno, jika beliau tidak memiliki idealisme tentang kemerdekaan Indonesia tentu kita tidak akan mengenal Indonesia yang seperti sekarang ini bukan? Dari hal tersebut kita bisa belajar bahwa jika tidak idealis tentu perubahan tidak akan terjadi.
Contoh lainnya ketika kita ingin kuliah di luar negeri karena merasa pendidikan di luar sana akan jauh lebih baik. Tentu pemikiran idealis seperti ini akan membuat kita berusaha untuk bisa mencapainya, karena itulah idealisme bisa mewujudkan perubahan. Dari yang tidak ada usaha, menjadi ada usaha.
Tapi, jika kita tidak realistis pun kita tidak akan bisa survive! Terlalu idealis justru bisa membuat kita kesulitan sendiri. Misalnya dalam hal karir, setelah lulus kuliah kita ingin membangun suatu start up karena ingin mengembangkan ide-ide yang kita miliki selama ini. Jika hanya mengejar idealisme tanpa memperhatikan realita, kita hanya akan terfokus pada impian tersebut tanpa sadar bahwa ada hal yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Membangun suatu usaha tentu perlu modal. Entah dalam bentuk uang atau sumber daya manusia dan yang lainnya. Uang bisa kita dapatkan jika bekerja. Dengan uang pun kita baru bisa makan. Jika kita terlalu berambisi mengembangkan bisnis tanpa memikirkan modal yang kita punya, pasti sehari-harinya kita akan kesulitan karena belum punya finansial yang memadai.
Jadi, idealis haruslah beriringan dengan realistis. Karena untuk mewujudkan sesuatu kita harus tahu apa yang kita hadapi. Kita harus bisa adaptif terhadap keadaan di sekitar. Dengan begitu barulah kita bisa menentukan jalan untuk meraih apa yang kita inginkan.
Apa lagi jika hal-hal tersebut menyangkut masa depan