Jerome Polin, salah satu pemuda Indonesia yang mendapatkan beasiswa di Jepang untuk studi S1. Dia juga seorang youtuber 21 tahun asal Kota Surabaya. Konten Youtube-nya banyak sekali menginspirasi dan mengedukasi para pemuda yang ingin studi di Jepang. Ketika usia 19 tahun dia sudah berada di Jepang untuk sekolah bahasa Jepang lho. Nah gimana sih ceritanya?
Keluarga Jerome pindah dari Malang ke Surabaya pada tahun 2004. Waktu itu Jerome akan memasuki SD (Sekolah Dasar). Menelusuri berbagai sekolah, orang tua Jerome merasa tidak ada sekolah yang pas untuk anaknya. Namun, Intan Permata Hati (IPH) School memberikan tawaran beasiswa full untuk Jerome agar bisa sekolah disitu. Wah kesempatan yang bagus dong! Keluarga Jerome merasa sekolah tersebut memiliki standart yang bagus dan kesempatan ini menjadi peluang yang baik bagi anaknya. Menurut Jerome, IPH merupakan sekolah swasta yang high class, banyak anak orang kaya sekolah disana tapi tidak bagi Jerome yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Sampai-sampai setiap usai liburan panjang sekolah, teman-teman sekolah Jerome saling bertukar cerita hasil pengalaman mereka liburan ke luar negeri, sedangkan dirinya nggak pernah liburan ke luar negeri.
Nah, berawal dari cerita liburan itulah yang membuat Jerome termotivasi dan semangat mewujudkan mimpinya ke luar negeri. Mimpi ini udah dia rangkai sejak SD, dan saat itu sudah menyatakan impiannya ke orang tua Walaupun orangtuanya sempat meragukan hal tersebut karena kondisi ekonomi yang menurut mereka tidak akan mampu membiayai anaknya kuliah ke luar negeri. Jadi orang tua Jerome menyarankan dia harus cari beasiswa untuk kuliah.
Sejak kelas 10 dia giat banget cari beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Caranya gimana? Yang jelas di mulai dari Untuk masuk ke SMA Negeri bergengsi seperi SMAN 5 Surabaya, Jerome membawa modal nilai UN yang cukup tinggi, bahkan nilai Jerome masuk 10 besar terbaik se-Jawa Timur lho. Ketika kelas 10 Jerome membabat habis materi SMA nya terutama di pelajaran matematika agar dapat mengikuti berbagai olimpiade. Untuk apa sih? Jerome memiiki siasat kalau dirinya bisa menang berbagai olimpiade dia akan bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliahnya nanti. Bahkan dirinya merasa kalau dirinya kurang gaul demi menggapai cita-citanya. Saat jam istirahat sekolah Jerome lebih sering ke perpustakaan untuk mengerjakan soal matematika.
Niat dan memiliki target, itu menjadi kunci utama Jerome mencapai mimpinya.
Walaupun para pesaing lomba olimpiade Jerome dirasa lebih jago karena sudah belajar lebih lama sebelumnya, Jerome tidak patah semangat. Banyak penghargaan yang dia raih ketika kelas 11 dan 12. Saat kelas 11 dia mendapat kesempatan ke Korea untuk lomba paduan suara. Sejak kelas 10 Jerome searching di internet, tanya ke temen-temen dan kenalan kalian, dan dateng ke pameran pendidikan. Hasil Jerome mencari berbagai info beasiswa untuk kuliah ternyata memang jarang sekali beasiswa luar negeri yang full di jenjang S1, kecuali di Nanyang Technological University Singapura. NTU merupakan universitas terbaik ke 12 di dunia lho.
Setelah mengikuti rangkaian tes, hasilnya Jerome diterima di NTU. Namun sayang Jerome tidak mendapatkan beasiswa secara full, hanya setengahnya. Disitu dia merasa down dan hancur. Hal itu memupuskan harapan Jerome karena beasiswa tersebut tidak dapat meng-cover biaya kehidupan di Singapura yang saat itu mencapai 10 juta per bulan. Saat itu orang tua Jerome berusaha menyemangati dan mengorbankan harta bendanya demi anaknya kuliah. Namun itu ditolak oleh Jerome karena dia tidak ingin keluarganya menderita demi dirinya kuliah. Akhirnya Jerome memutuskan untuk menghapuskan harapan kuliahnya di NTU.
Beberapa minggu setelah itu, Jerome mendapatkan kabar dari kakaknya bahwa ada perusahaan Jepang, Mitsui Bussan mengadakan program beasiswa full studi ke Jepang. Wah langsung deh semangat Jerome muncul kembali. Dengan fasilitas yang didapatkan luar biasa, mulai dari uang jaminan hidup di Jepang, pendidikan gratis. Sebelum beranjak mendaftar, Jerome mencari info berapa orang sih yang bisa lolos dari pendaftaran beasiswa tersebut tiap tahunnya. Ternyata hanya 2 orang dari 16.000 pendaftar seluruh Indonesia. Wah Jerome sempet ragu diambah lagi tesnya ada 4 tahap. Tahapnya mulai dari seleksi berkas, tes tulis, tes psikologi dan kesehatan, dan tahap akhir berupa wawancara.
Jerome lolos pada seleksi berkas karena nilai rata-rata ketika SMA-nya cukup mumpuni. Dari 180 orang yang mengikuti tes tulis hingga hanya 14 orang tersisisa hingga tahap wawancara, termasuk Jerome. Ketika hari H wawancara, Jerome merasa puas atas proses yang dia jalani selama 20 menit di wawancara. Dia mengutarakan bahwa dia ingin menjadi Menteri Pendidikan di Indonesia. Beberapa hari kemudian Jerome mendapatkan telepon dari nomer yang tidak ia kenal, dan ternyata mengumumkan bahwa dia LOLOS beasiswa Mitsui Bussan.
Speechless!!! Bahkan Jerome sampai lemes atas kabar yang gembira itu. Tangis bahagia keluarga Jerome menumpah ruah. Jerome tidak menyangka bahwa mimpi yang dianggap mustahil baginya ternyata dapat terwujudkan. Kuncinya: Ketika kita terus berusaha, terus berdoa, mengandalkan Tuhan, maka percayalah Tuhan akan membuka jalan dan menyediakan rencana yang terbaik. Jangan menyerah!
Comments 2