CAMPUSPEDIA.id – Belakangan ini heboh tentang kasus seorang mahasiswi yang mengakhiri hidup di Mal Paragon Semarang, Jawa Tengah.
Aksi tersebut dilakukan oleh NJW (20) di area parkir di Mal Paragon pada Selasa, 10 Oktober 2023 lalu.
Bersamaan saat penyelidikan, pihak kepolisian Semarang yang menangani kasus tersebut menemukan sebuah surat yang berisi pesan dari korban seolah-olah berpamitan dengan keluarganya.
Selain itu, di dalam surat yang ditulisnya tersebut, juga berisi permintaan maaf yang ditujukan kepada keluarganya.
Pandangan Ahli Terhadap Kasus Mengakhiri Hidup
Secara harafiah, percobaan bunuh diri atau mengakhiri hidup artinya seseorang melukai dirinya sendiri dengan maksud untuk mengakhiri hidupnya, namun ia tidak meninggal akibat perbuatannya.
Pakar psikologi Universitas Airlangga Atika Dian Ariana MSc MPsi menjelaskan bahwa terdapat penyebab biologis dan psikologis yang melatarbelakangi seseorang melakukan aksi mengakhiri hidup.
Hal tersebut seperti dikutip dari laman Unair yang diunggah pada Kamis, 12 Oktober 2023 lalu
Sebagai penjabaran, secara biologis orang yang mengakhiri hidup mungkin memiliki keluhan fisik yang membuatnya merasa tidak berdaya, misalnya seperti masalah jantung dan hormonal.
Sedangkan, secara psikologis korban mungkin memiliki kerentanan untuk merasa tidak berarti dalam kehidupan.
“Beberapa hal misalnya seperti putus dengan kekasih atau merasa ditolak sebuah kelompok mungkin bisa membuat seseorang merasa frustasi,”kata Atika.
Fakta Terkait Mengakhiri Hidup
Faktanya, aksi mengakhiri hidup adalah penyebab kematian nomor dua terbesar pada kelompok usia 10-14 tahun dan 20-34 tahun.
Aksi ini sendiri ternyata mempengaruhi orang-orang dari segala usia karena pada tahun 2021 dan termasuk di antara 9 penyebab utama kematian pada orang berusia 10-64 tahun.
Sebenarnya ada beberapa aspek yang menjadi sorotan menyikapi aksi mengakhiri hidup, diantaranya adalah menjadi penyebab utama kematian.
Di negara Amerika, pada tahun 2021 lalu, kasus mengakhiri hidup menyebabkan 48.183 kematian, dengan rata-rata waktu sekitar satu kematian setiap 11 menit.
Faktor Penyebab Mengakhiri Hidup
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko mengakhiri hidup dan sering kali berhubungan dengan bentuk-bentuk cedera dan kekerasan lainnya.
Misalnya, orang yang pernah mengalami kekerasan, termasuk pelecehan anak, perundungan, atau kekerasan seksual memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi.
Dukungan Keluarga Sangat Membantu
Tingginya angka terkait kasus mengakhiri hidup atau bunuh diri, tentunya akan memprihatinkan semua pihak.
Tentunya dukungan keluarga dan masyarakat serta memiliki akses mudah terhadap layanan kesehatan dapat mengurangi pemikiran dan perilaku mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Setiap persoalan tentunya ada jalan keluar, maka dengan itu tentu akan lebih membantu jika setiap persoalan dibicarakan dengan orang terdekat dan keluarga.
Pada konteks kelompok mahasiswa, pertemanan merupakan faktor sosial yang sangat penting karena pertemanan akan sangat berpengaruh dalam proses keberlangsungan akademik hingga proses dalam bertumbuh dewasa.
Perasaan gagal dalam membangun relasi sosial berpotensi menimbulkan risiko pemicu perasaan tidak berdaya, kesepian, hingga meningkatkan risiko depresi pada seseorang.
Kecenderungan seseorang untuk ingin mengakhiri hidup atau bunuh diri, perlu ditangani dengan segera.
Jika diperlukan, segera bawa orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa untuk pergi ke profesional kejiwaan sehingga dengan begitu, penanganan yang tepat bisa dilakukan.***
Baca Juga :
Para Ahli Sebut Keinginan Mengakhiri Diri Meningkat Pada Anak-anak, Ini Penyebabnya…
Mengapa Aksi Mengakhiri Diri Kini Begitu Umum Di Kalangan Mahasiswa, Ini Alasannya…