Halo Defa, silakan perkenalkan diri kamu terlebih dahulu
“Hai semua.. Perkenalkan saya Hardefa Rizky Putu Rogonondo, biasa dipanggil Defa, mahasiswa semester 7 di D4 Teknik Mekatronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Saya merupakan Juara 2 Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional Kategori Diploma yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi.
Banyak yang belum tau PENS itu dimana, banyak yang tahunya Politeknik ITS, tolong dijelaskan.
Memang tak bisa kita pungkiri kalau orang-orang belum banyak yang tahu. Orang-orang yang fokus di bidang Elektro, Metratonika, mungkin tahu PENS itu apa. Namun di bidang-bidang yang lain, soshum dan lain sebagainya, belum tahu itu apa. Dulu memang PENS sama ITS itu satu institusi. Tapi, mulai tahun 2012, udah pisah, jadi institusi sendiri. PENS tempatnya di sebelah ITS pas. Satu komplek itu ada tiga kampus. ITS, PENS, sama PPNS (Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya). Ya, udah jadi satu rumpun disana.
Bedanya Politeknik sama Universitas sama Institut?
Kalau Politeknik lebih ke praktik. Politeknik dipersiapkan untuk bisa langsung terjun lapangan. Terjun ke lapangan, kita lebih tahu kondisi lapangan seperti apa. Sedangkan Universitas/Institut lebih fokus ini teorinya seperti apa.
Kalau tidak salah, PENS Politeknik nomor satu di Indonesia ya?
Alhamdulillah iya.
Jadi bagi temen-temen yang tahun depan belum tahu ingin masuk mana, Politeknik dapat menjadi pilihan. ~ Bagaimana awal cerita jadi Mahasiswa Baru dan memilih jurusan Metratonika, apakah ada bayangan akan menjadi MAPRES seperti sekarang?
Jujur gak ada bayangan. Masih Maba, masih idealis. Pengen masuk ke kampus dengan nama besar di Indonesia, salah satunya Institut di Bandung, tapi tidak diterima. Coba SNMPTN, coba SBMPTN, gak diterima. Hanya diterima di PENS. Jadi jalanin setahun. Belajar dulu. Ada lomba di ITS, coba ikut dan mau coba terrapin ilmu. Alhamdulillah juara satu. Yang bedain kita bukan almamaternya, tetapi dari semangat diri kita. Apakah kita seorang pejuang atau kita hanya puas dengan almamater. Selamat kita mau belajar, tidak masalah.
Denger Mapres dimana? Ada ketertarikan ikutnya kapan?
Denger dari Dosen. Dosen tanya. “Kamu kok gak ikut ya. Daripada kamu nganggur, gak ada kerja liburan, mending ikut aja isi waktu luang”. Tesnya itu ada salah satunya Bahasa inggris, wawasan kebangsaan, dan lain-lain. Aku jadi bisa menggali potensi diri dari soal – soal yang diperlombakan. Aku ikut lomba dua kali. Tahun 2018 Juara 2 tingkat kampus. 2019 coba ikut lagi, akhirnya jadi perwakilan kampus, juga perwakilan nasional.
Mapres identik dengan IPK tinggi?
Tidak juga. IPK saya naik turun. Tapi bagiamana cara kita mengatur waktu dengan tanggung jawab kita. Atur waktu ikut lomba-lomba dan atur waktu untuk sosial masyarakat juga.
Kriteria khusus untuk menjadi Mapres?
Hanya melihat track record. Berjuang dahulu, hasil biar Allah yang atur.
Bagaimana perasaannya bertemu dengan perwakilan Mapres dari Perguruan Tinggi lain?
Awalnya bersyukur menjadi mapres. Tidak nyangka masuk nasional. Saya tahu ada temen-temen saya yang Mapres hebat-hebat diluar sana. Ada yang udah bikin Yayasan, ada yang kasih beasiswa ke temen2 SMA, ada yang kegiatan sosialnya luar biasa, samapai ada yang ikut kompetisi internasional. Sedangkan saya siapa? Tetapi saya bersyukur. Disana saya berbagi pengalaman dan saling bertukar cerita. Saya dapat sharing ilmu dan lebih banya koneksi.
Bagaimana bentuk lomba Mapres?
Ada 3 hari. Hari pertama, kita group discussion. Psikotest gitu. Cek kondisi psikologis kita. Hari kedua, kita harus menyerahkan karya tulis yang menjadi syarat saat awal melamar Mapres. Hari kedua presentasikan karya tulis mengenai penelitian kita. Biar nangkep audiens lebih banyak. Membahas social issue. Kita bikin speech tujuh menit. Hari ketiga, free. Outbound. Pengumumannya malam di hari ketiga.
Perasaannya saat tahu diumumkan menjadi Juara 2 Nasional Mapres?
Awalnya saya shock. Disana banyak orang hebat dan menginspirasi saya. Pikiran saya hanya saya sudah berikan yang terbaik. Saya main sama temen-temen cowo. Banyak guyon. Waktu diumumin, saya kaget dulu. Tidak kepikiran juara 2.
Poin yang jadi kunci kemenangan?
Saya apa adanya. Waktu sesi wawancara, saya bilang saya sebenarnya di sini adalah orang biasa. Track record saya lebih banyak kalah dibanding menangnya. Saya masuk Mapres sudah bersyukur dan bisa belajar dari orang2 disini.
Setelah pulang bawa gelar juara, apa tanggapan orang sekitar?
Orang rumah mikirnya cuma ikut lomba. Orang rumah kaget saya bawa pulang juara.
Selama 3 tahun berkuliah, apa kegiatan yang diikuti?
Ikut apa aja banyak ya. Saya salurin passion. Saya suka robotik. Ikut lomba robotik. Ikut kegiatan sosial juga.
Bagaimana cara mengimbangi?
Atur skala prioritas. Ada diagram skala prioritas. Mulai dari penting & mendesak, tidak penting & mendesak, penting & tidak mendesak, sampai tidak penting & tidak mendesak. Saya tuliskan semua di dalam diagram itu. Yang penting deadline nya apa, dikerjain dulu. Kerja cepet, selesai. Dulu saya perfeksionis. Tapi setelah berpikir lagi, perfeksionis itu melelahkan. Ada yang lebih penting dari perfect, yaitu selesai. Jadi, sekarang yang penting selesai.
Kalau boleh tau, jam tidurnya?
Curi-curi waktu tidur di kelas dan waktu istirahat. Terkadang, sehari hanya dua-tiga jam sehari.
Ditengah kesibukan, kapan jadwal pulang kampung?
Sempatkan pulang kalau ada tidak sibuk. Kalau sibuk, saya mengabarkan orang tua lewat telepon. Kadang video call.
Rencana Jangka kedepan mau jadi apa?
Untuk rencana kedepan, mau coba S2. Tapi di depan sudah ada deadline tugas akhir. Jadi selesaikan skripsi dulu.
Saran untuk teman-teman yang berambisi untuk mengikuti Mapres?
Bebas saja, setiap orang beda-beda. Kalau saran saya, nikmatilah waktumu sekarang. Saya gak ambis, selow banget. Waktu itu saya pernah berambisi, tetapi harapan terlalu tinggi, terus hasilnya tidak sesuai, jadi gak karu2an.
Jika ingin berambisi, silakan, tetapi diatur skala ambisnya. Menang gak boleh sombong, kalah gak terlalu down.
Ada bisnis?
Saya dapat beasiswa unggulan dari Kemendikbud. Dibuka pendaftaran. Batch 1 dan Batch 2. Beasiswa yang dapet beasiswa unggulan, adalah orang-orang yang tidak hanya kuliah, tetapi ada buka usaha, aktif kegiatan sosial. Tidak hanya mengejar nilai. Waktu itu ada mahasiswa yang memiliki IPK 4.0, tetapi gagal mendapat beasiswa unggulan. Kemudian dia bertanya kepada Staff Kemendikbud. Staff tersebut mengatakan jika kamu hanya fokus kuliah, tidak ada dampak sosial, habis masa muda mu untuk kejar predikat.
Seberapa penting Bahasa Inggris saat ini di dunia perkuliahan? Bagaimana cara belajar Bahasa inggris?
Terus belajar Bahasa Inggris. Akan sering dipakai, karena bahasa internasional. Saya belajar dengan menonton film tanpa menggunakan subtitle. Coba diulang. Tanya-tanya teman. Ajak ngobrol sama teman. Tidak perlu takut salah, yang penting coba.
LKTI?
Tips and trick, ada pelatihan2, online class. Pertama, jangan takut untuk salah. Banyak orang yang koreksi. Kita evaluasi dari kritikan orang2. Melatih konten yang baik. Tanya kakak kelas, penulisan yang benar seperti apa. Nanti belajar sendiri dan tahu sendiri.
Kesalahan paling fatal?
Bahasa yang berbelit2. Hal yang tidak bagus dalam KTI.
Tips presentasi?
Tampilkan masalah di awal, baru judul, baru solusi.
Belajar bicara di depan umum?
Salah itu gak masalah. Kita bisa berkembang. Ngobrol sendiri di kamar.
Rekomendasi Dosen untuk ikut Mapres?
Kita tidak perlu takut. Jika ada yang bingung, silakan ditanyakan. Seputar kuliah.
#Pertanyaan Tambahan.
Prefer organisasi secara struktural atau berkarya?
60% berkarya. 40% organisasi. Walau saya orangnya individual dalam merakit sesuatu, tapi saya juga butuh orang. Harus fleksibel.
Saran untuk mahasiswa akhir?
Fokus. Inget orang tua menunggu di rumah. Ingin lihat kita segera lulus.
Bagaimana Kak Defa melihat IPK?
IPK itu penting, bukan hal yang utama. Temen2 bisa membuktikan sesuatu yang lain. Kita tidak ada poin hanya mengejar angka.
S2 lanjut kemana?
Masih berpikir lagi. Masih cari butuh research atau manajemen bisnis.
Closing Statement
Buat temen2 diluar sana. Saya yakin kalian bisa berprestasi. Temukan passion. kamu dimana. Tak peduli omongan orang. Yang penting, lakukan yang kalian suka dan kalian buktikan kalo kalian bisa berprestasi disana dan buktikan kalau kalian bisa jadi yang terbaik.