Pola pikir atau mentalitas seseorang, bisa mempengaruhi dirinya dan orang lain baik disengaja maupun tidak. Begitupun dengan crab mentality. Pola pikir ini bisa merugikan kamu dan orang lain, lo!
Penasaran alasannya? Yuk baca lanjutannya!
Pengertian
Crab mentality adalah istilah dalam dunia psikologi, yang menganalogikan sikap harus bersama seperti kepiting di dalam ember.
Pasalnya jika kamu pernah melihat kepiting yang berkumpul di dalam ember, kamu akan melihat tingkah laku mereka yang mengakibatkan analogi ini tercipta. Apabila ada salah satu kepiting yang ingin keluar dari ember tersebut, kepiting lainnya pasti akan menarik kembali agar dia tidak berhasil kabur.
Jika kamu lihat sebagai kepiting, mungkin lucu dan menarik. Namun jika terjadi pada manusia tentunya ini tidak akan menguntungkan siapapun.
Bayangkan saya kamu ingin mendaftar di sebuah perusahaan bersama temanmu. Ketika kamu lolos tahap interview sementara temanmu tidak, diapun jengkel dan berkata, “Kalau aku nggak lolos, kamu juga jangan lolos!”
Inti dalam pola pikir ini adalah, “Jika aku tidak bisa memilikinya, maka kamu pun harus sama.”
Jadi, kamu akan terus diseret ke tempat di mana kamu tidak menginginkannya.
Atau justru kamu yang bersikap seperti ini?
Bagaimana Crab Mentality Terbentuk?
Pada dasarnya, crab mentality diasosiasikan dengan sikap solidaritas, seperti omongan yang sering kamu temukan di perkuliahan.
“Masuk bareng lulus bareng.”
Tak ada salahnya untuk berpikir demikian, siapapun pasti juga akan senang jika berhasil bersama-sama dengan temanya. Namun sikap ini justru dibayang-bayangi oleh sikap kompetitif yang toxic.
Seseorang mengucap kalimat di atas dengan sikap kompetitif yang toxic bukan mengutamakan harmoni dan kebersamaan, melainkan lebih mengarah pada, “Tungguin aku pokoknya, kamu nggak boleh sukses duluan!”
Mentalitas ini biasanya tumbuh karena kebiasaan hidup berkelompok yang saling bergantung. Seperti pertemanan, dalam lingkup pertemanan yang erat biasanya akan lebih besar kemungkinan seseorang memiliki crab mentality. Terutama jika dia memiliki rasa percaya diri yang rendah dan merasa bahwa orang lain adalah saingannya di dunia ini.
Efek Pada Orang Lain
Crab mentality tidak menguntungkan siapapun. Pola pikir ini bisa berefek pada orang lain dan juga dirimu sendiri.
Jika kamu adalah salah satu orang yang masih “menyeret” temanmu dengan kemauanmu. Mungkin dia akan merasa terkekang dan tidak bebas dalam menentukan jalan hidupnya.
Misal, kamu dan temanmu sedang mengerjakan proposal skripsi. Karena sangat akrab, kamu berdua pun berjanji harus sidang bersama. Namun karena beberapa kendala, dosen pembimbing kamu dan temanmu ternyata berbeda, dosenmu jauh lebih lambat dalam proses bimbingan dan membuatmu tidak bisa melakukan sidang sesuai target, sementara temanmu sudah selesai dan tinggal mendaftar jadwal sidang.
Kamu yang memiliki crab mentality akan merasa takut tersaingi dengan temanmu. Alhasil kamu pun meminta dia untuk menahan keinginannya mendaftar jadwal sidang, karena kamu harus selalu bersama dengannya.
Pastinya, dia pun tidak merasa nyaman dengan permintaanmu. Namun karena sudah berteman denganmu sejak lama, akhirnya dia pun mengiyakan permintaanmu.
Karena permintaanmu itulah, kamu bisa saja membuat orang menunda sesuatu hanya karena kamu merasa takut akan ketinggalan,
Efek Pada Diri Sendiri
Seperti cerita di atas, pola pikir ini juga ada efeknya pada diri sendiri.
Kamu menjadi ketakutan apabila temanmu memperoleh sesuatu yang tidak bisa kamu peroleh. Dan kamu pun menjadi sosok yang living in the bubble karena selalu dituruti oleh orang lain.
Sikap ini tidak akan membuatmu tumbuh ke mana-mana. Karena kamu akan terlalu fokus pada apa yang orang lain akan dapatkan dibanding dengan apa yang kamu punya saat ini.
Cara Meminimalisir Crab Mentality
Setiap orang selalu mempunyai celah untuk belajar dan berubah.
Jika kamu merasa kamu memiliki sikap crab mentality ini, ada baiknya kamu mulai mengevaluasi dan mengikuti cara berikut.
1. Belajar memahami waktu
Maksud belajar memahami waktu adalah, antara kamu dan temanmu, kalian berdua memiliki waktu yang berbeda. Meskipun kalian memiliki garis start yang sama saat memasuki dunia perkuliahan, namun kesempatan yang akan kamu terima dan dia terima tentu saja tidak akan sama.
Ketika kamu memahami ini, kamu akan mengerti bahwa waktumu dengan waktunya tidak bisa dipaksakan. Jika tidak bisa bersama, kamu harus memaklumi.
2. Kamu tidak bersaing dengan siapapun
Crab mentality tumbuh karena ketakutan ditinggal, atau kalah. Padahal dalam hidup ini, kamu tidak bersaing dengan siapapun, lo!
Meskipun kamu dan temanmu memiliki kesempatan yang berbeda, bukan berarti ketika dia berhasil lebih dulu, kamu adalah sosok yang kalah.
Kamu masih bisa berhasil meskipun di lain waktu, dan kamu tetap menjadi pemenang. Karena tidak ada yang kalah, dan kamu bukanlah saingan temanmu.
Saingan terbesarmu dalam hidupmu sendiri adalah dirimu. Caramu membiasakan berpikir bahwa kamu seoranh pecundang karena tidak bisa berhasil dalam waktu yang kamu targetkan merupakan musuh yang harus kamu kalahkan.
Kembali ke poin pertama, karena waktu setiap orang pasti akan berbeda.
3. Turut bahagia atas pencapaian orang lain dan diri sendiri
Menumbuhkan rasa empati dan berbahagia pada pencapaian orang lain bisa kamu gunakan untuk meminimalisir crab mentality.
Meskipun kamu tidak bisa mencapai target yang sama denganmu, berbaik hatilah pada dirimu sendiri, ucapkan terima kasih karena sudah berusaha maksimal dan tidak memaki.
Begitupun terhadap temanmu, kamu tidak wajib berbahagia, namun bisa menumbuhkan rasa ikhlas terhadap pencapaiannya yang sesuai keinginannya.
Dengan cara ini, kamu akan lebih mengerti bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang berbeda. Temanmu adalah pemenang, dan tentunya kamu juga.
Gimana Sobat Minca? Sudah lebih paham mengenai crab mentality, kan? Yuk mulai belajar dan bebenah diri. Selalu ada celah untuk berkembang!