Baru-baru ini nama Ferdian Paleka mencuat ke publik karena aksi prank “Sembako Sampah” yang Ia lakukan viral di media sosial. Di tengah pandemi virus corona, Ia dan dua temannya melakukan aksi prank dengan membagikan sembako berisi sampah kepada seorang transpuan (waria) di Bandung, Jawa Barat. Hal tersebut membuatnya mendapatkan banyak hujatan dari netizen di media sosial, bahkan rumahnya juga sempat dikepung warga karena aksi tidak terpujinya tersebut. Korban yang merasa sakit hati dan dilecehkan kemudian melaporkan kasus tersebut kepada polisi.
Aksi ini menjadi perhatian dan membuat geram banyak orang. Namun, di sisi lain, kasus ini dapat menjadi pengingat serta memberi pelajaran untuk kita semua, apa saja itu?
Pertama, jaga etika bermedia sosial.
Perkembangan teknologi saat ini, termasuk media sosial, memberikan kita berbagai kemudahan untuk terhubung dengan orang lain tanpa dibatasi ruang dan waktu. Segala informasi dapat tersebar secara cepat di media sosial, sehingga kita perlu hati-hati dan bijak dalam menggunakannya.
Meskipun kita memiliki kebebasan berekspresi, namun memperhatikan etika tetaplah penting. Apa yang kita bagikan di media sosial akan mempresentasikan bagaimana gambaran diri kita. Nah, untuk itu, hindarilah membuat konten atau komentar yang negatif dan provokatif, terlebih apa yang kita lakukan di media sosial akan menjadi jejak digital yang sulit untuk dihilangkan.
Kedua, sensitif dengan keadaan
Kita perlu sensitif dengan keadaan, tterutama ketika membuat konten di internet yang bisa dilihat oleh banyak orang. Di tengah pandemi virus COVID-19 ini, isu ekonomi dan kebutuhan hidup menjadi hal yang sensitif, hal tersebut menyusul kondisi yang tidak memungkinkan untuk mencari nafkah seperti hari-hari biasanya. Banyak orang terkena dampak PHK akibat kondisi ekonomi saat ini, bahkan Kementerian Ketenagakerjaan mengatakan sudah ada 1,4 juta lebih tenaga kerja di Indonesia terdampak karena adanya pandemik virus COVID-19.
Dalam kondisi seperti ini, banyak orang yang benar-benar kekurangan dan membutuhkan bantuan dari orang lain agar dapat bertahan hidup. Dikutip dari Kompas.com, Pengamat Media Sosial, Enda Nasution mengatakan, sebenarnya aksi prank telah biasa dilakukan. Akan tetapi, pada masa pandemi virus corona seperti saat ini, aksi yang dilakukan Ferdian Paleka seharusnya tidak terjadi.
Ketiga, menjadi warganet yang cerdas.
Media sosial tidak membebaskan penyebaran informasi sepenuhnya, karena perhatian yang kita dapatkan di media sosial dapat dikontrol oleh audiensnya sendiri. Pada dasarnya tujuan orang membuat konten adalah untuk mendapatkan perhatian publik, semakin banyak perhatian yang didapatkan, maka akan semakin puas pembuat konten tersebut. Oleh karena itu, Ketika menemui konten bermuatan negatif, kita bisa melakukan tindakan pelaporan (report) atau langsung unsubsribe atau unfollow akun tersebut.
Sebaiknya berikan perhatian dan apresiasi lebih pada konten-konten positif di media sosial, sehingga apa yang viral adalah sesuatu yang juga positif untuk orang lain.
Keempat, manfaatkan kekuatan internet untuk hal yang positif
Aksi Ferdian Paleka ini tidak akan menjadi heboh tanpa adanya internet, hal tersebut membuktikan bahwa internet memiliki kekuatan massa yang kuat. Jika kita memanfaatkannya untuk hal yang baik, maka kekuatan tersebut dapat berdampak baik pula untuk banyak orang.
Cara efektif untuk menyalurkan bantuan menggunakan kekuatan internet adalah dengan membuka penggalangan dana, hal tersebut akan lebih mudah dilakukan pada orang-orang yang memiliki banyak pengikut (followers) dan perhatian yang luas dari warganet, sehingga banyak orang tergerak untuk turut membantu menyumbangkan dananya. Tentu saja kita harus pintar melihat kredibilitas dari setiap penggalangan dana yang ada di internet.
Kelima, membuka mata kita pada lingkungan sekitar.
Secara tidak langsung, viralnya kasus ini dapat membuka mata kita dan orang lain untuk lebih tahu dan memahami keadaan di sekitar kita. Hal tersebut juga membangkitkan empati serta kesadaran untuk bergerak dan membantu sesama.
Sebaiknya, kita jangan hanya berfokus pada pelaku, namun juga pada korban, karena pada nyatanya banyak orang yang mengalami kondisi yang sama seperti korban prank tersebut dan sangat membutuhkan bantuan kita.
Itulah beberapa pelajaran yang bisa ambil dari kasus prank “Sembako Sampah” yang dilakukan oleh Ferdian Paleka dan kedua temannya. Kita perlu untuk terus mencari pelajaran dari setiap kejadian yang ada. Gunakan internet secara bijak, dan sebarkan energi positif untuk orang lain. Semangat!
referensi :
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/04/113000465/viral-video-ferdian-paleka-kenapa-youtuber-sering-membuat-konten-prank?page=3
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200409201441-4-151017/update-14-juta-pekerja-dirumahkan-phk-jakarta-terbanyak
Baca juga :
Pengaruh Media Sosial Terhadap Seleksi Kerja
Public Attitudes Mahasiswa yang Harus Kamu Miliki
Bermanfaat Bagi Sekitar Melalui Volunteering
Biar ga ketinggalan info seputar kampus, yuk follow official Instagram, Facebook, dan LINE Campuspedia