04/29/2020 – Merintis dan membangun bisnis yang sukses bukanlah sesuatu yang mudah, diperlukan tekad dan mental yang kuat untuk menjalani proses jatuh bangun yang panjang. Hal tersebut seringkali membuat orang takut dan berpikir berkali-kali untuk memutuskan memulai bisnis. Namun siapa sangka, ternyata bisnis yang sukses bisa berawal dari hal-hal yang berkaitan dengan keseharian kita, seperti halnya tugas kuliah. Nah, berikut ini cerita dari mahasiswa-mahasiswa yang akhirnya memiliki bisnis sukses berawal dari tugas kuliahnya.
1. Ademuy Gelato
Ademuy Gelato merupakan anak perusahaan dari Sweet Sundae Ice Cream yang memiliki cita rasa unik dan khas Indonesia, beberapa diantaranya adalah gelato rasa rujak, pecel, serai, jahe, bahkan es teler. Hal tersebut berangkat dari prinsip bisnisnya yaitu Lokal, Natural, dan Halal.
Pemiliknya ialah Andro dan Yuki, suami istri lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) Fakultas Peternakan. Bisnis ini berawal dari tugas proyek pada mata kuliah Industri Persusuan yang mereka kerjakan tahun 2008 lalu. Andro, Yuki, dan teman-temannya bertugas melakukan pembinaan pada para peternak di daerah Kaliurang dan sekitarnya. Setelah proyek selesai, mereka merasa prihatin, karena meski pengelolaan ternak sudah menjadi lebih baik dan kualitas susu meningkat, harga beli susu dari para peternak itu tetap rendah dan tidak sebanding dengan kualitas produknya yang tinggi.
Mereka dan teman-temannya kemudian berinisiatif membeli susu dari para peternak tersebut dengan harga yang lebih layak, kemudian berpikir untuk mengolahnya menjadi ice cream agar menarik minat pembeli. Jatuh bangun bisnis sejak kuliah telah dirasakan, mulai dari tidak punya uang sama sekali untuk memulai bisnis, tidak punya tempat produksi dan tempat berjualan, perpecahan tim, hingga kalah saing dari produk luar. Namun bisnis ini berhasil bangkit dan terus sukses hingga kini menjadi pemasok gelato bagi sejumlah resto hotel dan toko bahan pangan di Yogyakarta.
Andro mengungkapkan pesannya untuk semua orang,
“Sekecil atau seremeh apapun produk, jangan pernah menyerah, terus maju. Karena pada dasarnya setiap produk itu dibutuhkan, hanya belum tahu di mana customer-nya.”
2. Berrybeanbag
Bean bag atau kursi malas menjadi bisnis yang digeluti oleh Ayu Mulyanti hingga saat ini. Bisnis itu bermula saat Ia masih menjadi mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tahun 2013 lalu.
Berawal dari mengikuti program dikti yaitu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang ada di kampusnya, Ayu dan tiga temannya mengangkat ide bisnis kursi malas atau bean bag. Siapa sangka, proposal bisnis mereka ternyata diterima oleh pihak penyelenggara, dan dari situ Ia mendapatkan dana hibah Rp 11 juta untuk modal usaha. Ia dan teman-temannya mengaku saat itu belum memiliki niat untuk berjualan, melainkan hanya untuk tugas kuliah dan mengerjakannya sebagai bentuk formalitas saja.
Pada akhirnya, enam bulan setelah mengikuti PKM, Ayu dan teman-temannya yang tidak memiliki dasar untuk berbisnis, memutuskan belajar secara otodidak untuk serius berbisnis dengan bean bag dan juga bekerja sama dengan mahasiswa UGM dan UII untuk menjalankan bisnisnya. Satu persatu pelangganpun melakukan pemesanan, ada yang dari Medan hingga Maldives. Terlebih pada saat itu bean bag belum banyak dipasarkan di Yogyakarta sehingga menarik minat banyak pelanggan.
Banyak kendala yang ditemui dalam menjalankan bisnis tersebut, mulai dari ketidaktahuan tentang pengelolaan bisnis, kesulitan membagi waktu, sulitnya mencari penjahit yang paham dengan konsep bean bag, hingga mahalnya biaya pengiriman. Saat ini bisnisnya telah sukses dan memiliki pelanggan dari dalam maupun luar negeri.
Dalam prosesnya berbisnis, Ayu sempat mengeluh kesulitan dan ingin menyerah, terlebih Ia melihat teman-temannya yang lain bisa santai dan menikmati waktu dengan bersenang-senang, sementara Ia harus bersusah payah membangun bisnis. Ayu menyampaikan pesan untuk memulai bisnis,
“Kalau kita mau bisnis, gapapa sekarang ga nikmatin hidup seperti yang lain, nanti pas mereka baru mulai jalan, kita udah ada di tengah.”
3. Kiciks Muslimah
Kiciks Muslimah merupakan brand fashion syar’i yang mengusung prinsip “Keep Beauty and Syar’i,” Pemiliknya bernama Dewi Permata Sari yang pada saat itu masih menjadi mahasiswi di Universitas Padjajaran Jurusan Public Relation. Ia mengaku bisnisnya berawal dari tugas proposal bisnis yang diberikan pada mata kuliah komunikasi bisnis.
Ketertarikannya dalam dunia fashion dan hobinya dalam menggambar mendorongnya untuk memulai bisnis ini, selain itu, karena saat itu Ia masih mahasiswi, Ia tidak memiliki modal sama sekali sehingga memutuskan untuk meminjam Rp 5 juta kepada kakaknya sebagai modal awal.
Dewi terinspirasi memulai bisnis ini dari pemikiran orang-orang yang melihat bahwa orang berhijab syar’i selalu menggunakan warna gelap dan model yang agak jadul, kemudian Ia berpikir untuk mengangkat produk yang lebih warna-warni agar orang lebih tertarik dan bisa bangga menggunakan pakaian syar’i yang tetap mengikuti zaman.
Dibantu dengan suaminya, Andre, yang merupakan lulusan Teknik Pertambangan ITB, Kiciks semakin sukses hingga mencapai omzet milyaran rupiah. Strategi pemasarannya yang memberdayakan para distributor, reseller, dan member menjadikan bisnisnya sukses hingga memiliki pelanggan di seluruh Indonesia bahkan mancanegara seperti Korea, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Hongkong.
Dewi dan Andre mengungkapkan beberapa syarat penting untuk menjaga kesuksesan, yaitu
“Selalu istiqomah (teguh), bersilaturahmi (menjaga hubungan baik dengan sesama), selalu menjaga ridha dan doa orang tua, dan selalu bersedekah.”
4. WOODKA
Woodka berasal dari dua kata, yaitu wood dan karya, yang berarti sebuah karya dari kayu. Woodka merupakan bisnis dengan produk andalan jam tangan kayu menggunakan interchangeable straps berbahan kain tradisional khas Indonesia. Bisnis ini awalnya adalah proyek tugas mata kuliah Integrated Business Experience di School of Business and Management ITB. Tugas tersebut mengharuskan setiap mahasiswa untuk membuat company, membuat desain produk, research market, menyusun business plan, dan merealisasikannya.
Digagas oleh Trianita Adhi Handayani dan 10 orang temannya, ide menggunakan kayu terbesit ketika mereka melihat tingginya tren penggunaan kayu untuk furniture dan interior, mereka kemudian berusaha untuk membawa kayu lebih dekat dengan lifestyle anak muda dengan menjadikan kayu bagian dari daily wear fashion dan kemudian ditekuni menjadi bisnis yang menjanjikan.
Sejauh ini Woodka telah berhasil menjual lebih dari 2000 jam tangan di Indonesia dan untuk pertama kalinya, Woodka diperkenalkan secara internasional di Swiss tahun 2014. Berhasil memasarkan produknya melalui internet, Woodka telah mendapatkan customers di dalam maupun luar negeri seperti Denmark, Inggris, Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia.
Ditanya soal tujuan bisnis ini, mereka menjawab:
“Kami ingin memperkenalkan keragaman budaya Indonesia ke dunia melalui Woodka.”
Itulah 4 kisah inspiratif bisnis yang awalnya hanya sekedar tugas kuliah justru bisa sukses besar. Dari situ kita bisa belajar bahwa setiap hal kecil atau hal yang kita anggap remeh dalam keseharian, bisa jadi memiliki potensi besar kedepannya. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha maksimal dan melakukan yang terbaik dalam hal apapun. Terlebih, buat kamu yang mau memulai bisnis sejak kuliah, jangan ragu-ragu, ya! Selama ada kemauan, tekad, dan konsistensi, pasti akan berhasil. Semangat!
Baca Juga:
PKM-K Universitas Airlangga 2019 Diary Cak Tri: Komik Berbasis Literasi Etika Pelayanan Publik
Sistem Informasi : Prodi IT dan Bisnis yang Cocok untuk Millenial
Ide Bisnis Menjanjikan yang Cocok Dijalankan Mahasiswa
Biar ga ketinggalan info seputar kampus, yuk follow official Instagram, Facebook, dan LINE Campuspedia
Comments 1