CAMPUSPEDIA.ID – Bunuh diri adalah penyebab utama kematian di kalangan mahasiswa. Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di kalangan mahasiswa. Sebanyak 5,6 dari 100.000 siswa di sekolah Sepuluh Besar meninggal karena bunuh diri pada tahun 2009-2018.
Tapi jangan salah, bunuh diri bisa dicegah.
Perguruan tinggi dapat berupaya mengurangi stigma dalam mendapatkan bantuan, mengakhiri diskriminasi terhadap kelompok mahasiswa tertentu, dan menghilangkan hambatan terhadap layanan kesehatan mental yang sensitif secara budaya.
Bunuh diri kini menjadi penyebab kematian ketiga terbesar pada orang dewasa berusia 18-24 tahun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Hal ini menyebabkan sekitar 21% dari seluruh kematian terkait cedera pada kelompok usia ini.
Walaupun tingkat bunuh diri mahasiswa jauh lebih rendah dibandingkan populasi umum, sejumlah besar mahasiswa mempunyai pikiran dan perilaku yang berhubungan dengan bunuh diri – pada beberapa kelompok mahasiswa lebih banyak dibandingkan yang lain.
Tingkat Bunuh Diri di Perguruan Tinggi
Mungkin studi yang paling sering dikutip mengenai angka bunuh diri di kalangan mahasiswa menyatakan bahwa 7,5 dari 100.000 mahasiswa meninggal karena bunuh diri.
Namun, penelitian selama 10 tahun terhadap mahasiswa sarjana dan pascasarjana di Universitas Sepuluh Besar, yang diterbitkan dalam Suicide and Life-Threatening Behavior, berasal dari tahun 1980-an.
Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa angka bunuh diri mahasiswa telah menurun selama beberapa dekade.
Dalam studi lain di sekolah Sepuluh Besar, yang diterbitkan oleh National Academies of Science, Engineering, and Medicine, para peneliti menemukan bahwa 5,6 dari 100.000 siswa meninggal karena bunuh diri antara tahun 2009-2018.
Menurut CDC, angka bunuh diri di kalangan anak usia 18-24 tahun di AS adalah sekitar 80,5 dari 100.000 orang.
Angka tersebut 14 kali lipat lebih besar dari angka bunuh diri mahasiswa berdasarkan studi Sepuluh Besar baru-baru ini.
Akhir-akhir ini, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa kian marak. Hal itu membuat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meminta seluruh kampus di Indonesia untuk menghadirkan kampus yang sehat, aman, dan nyaman.
Hal ini dimaksudkan agar para mahasiswa memiliki sehat jasmani, rohani, psikologi, finansial, dan sosial saat tengah menuntut ilmu.
“Saya sangat prihatin dengan mahasiswa bunuh diri. Kampus itu harus kita hadirkan kampus yang SAN, yaitu sehat, aman, nyaman. Sehat jasmani, sehat rohani, sehat psikologi, sehat emosional, sehat finansial, sehat sosial, itu penting,” ujar Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek, Nizam, di Jakarta (17/10/2023).
Nizam juga mengatakan, untuk mencapai kampus yang aman dan nyaman sebenarnya tidak mahal.
“Ini tidak butuh biaya mahal. Ketika di kampus semua orang yang ada di dalamnya ketika bertemu saling sapa, ramah, dan saling peduli satu sama lain, maka dapat menekan maraknya kasus bunuh diri,” kata Nizam lagi.
Nizam berharap agar perilaku tersebut dapat diterapkan di seluruh kampus di Indonesia.
“Kalau di kampus itu suasananya saling sapa, saling ramah, saling peduli. Peduli itu salah satunya yang penting. Itu yang kita arahkan untuk kampus, semua kampus di Indonesia,” kata dia.
Tak lupa Nizam juga mengingatkan agar Kemendikbudristek telah mempunyai peraturan untuk pencegahan kekerasan seksual dan perundungan di perguruan tinggi.
Kedua peraturan tersebut Nizam katakan dapat membuat kampus menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi semua yang terlibat di dalamnya.
“Concern kita kesehatan psikologi itu penting, yang saat ini banyak terjadi bunuh diri dilakukan masyarakat. Hidup secara seimbang penting, hidup tidak lebih tinggi dari penghasilan penting, hidup sederhana, pola hidup yang sehat, olahraga dan sebagainya itu penting. Itu yang harus disadari kita semua, bukan hanya mahasiswa saja,” ujar Nizam.
Dilansir dari Berbagai Sumber, dua kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan mahasiswa terjadi di Semarang pada 10 hingga 11 Oktober 202 3 lalu.
Hal tersebut menimbulkan keprihatinan dari masyarakat termasuk dosen psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Uun Zulfiana.
Uun menyebutkan jika keinginan untuk bunuh diri sebenarnya dapat dihilangkan dari diri seseorang.
“Setiap masalah pasti memiliki solusinya. Tinggal caranya yang harus kita temukan,” kata Uun, Jumat (13/10/2023).
Ada beberapa cara untuk mencegah bunuh diri, yakni dengan mencari alasan untuk hidup sekecil apa pun, mengubah persepsi tentang kebahagiaan dan menemukan sistem pendukung yang tepat seperti teman, keluarga maupun lingkungan. ***