Rasisme adalah salah satu bentuk kejahatan kemanusiaan yang identik dengan tindakan diskriminasi terhadap kelompok tertentu karena motif warna kulit.
Rasisme telah menjadi sebuah doktrin dan ideologi yang mengajarkan kepada para penganutnya bahwa orang-orang kulit putih lebih unggul dibandingkan kaum kulit hitam.
Faham rasisme juga menimbulkan orang kulit putih memiliki hak untuk mengatur kelompok lain termasuk melakukan tindakan perbudakan, khususnya pada kaum kulit hitam.
Hingga saat ini tindakan rasisme masih marak terjadi, terutama di negara barat seperti Amerika Serikat yang menimbulkan gerakan bertajuk Black Live Matter sebagai upaya untuk menyetarakan ras.
Istilah Kulit Putih
Dikutip dari laman The Conversation, faham rasisme pertama kali muncul di benua Eropa, tepatnya pada awal abad ke-15 Masehi setelah diperkenalkan istilah kulit putih.
Menariknya, istilah tersebut justru muncul melaui sebuah pertunjukan drama panggung berjudul The Trumph of Truth yang ditulis oleh Thomas Middleton.
Dalam pertunjukkan drama tersebut Thomas Middleton menggambarkan toloh berdarah Afrika yang berada di tengah kerumunan warga Inggris yang heran melihat sosok orang kulit putih.
Namun, pada mulanya Thomas Middleton tidak memiliki tujuan untuk membedakan ras meskipun menggambarkan tokoh kulit hitam sebagai sosok yang buruk.
Pada kenyataannya deskripsi pada tokoh drama tersebut tidak dimaksudkan untuk merendahkan orang-orang kulit hitam seperti Arab, Spanyol, dan India.
Perbedaan Kulit, Tekanan Bagi Kelompok Tertentu
Menurut Profesor jurusan sejarah dari University of Texas, Geraldine Hegg, perbedaan warna kulit berasal dari ide pembentukan ras.
Perbedaan warna kulit ini menyebabkan tekanan bagi kelompok tertentu.
Selain itu, kaum kulit putih memang sudah sejak lama dikenal sebagai suatu hal yang baik dan sempurna.
Bahkan kaum kulit putih sering dijadikan sebagai patokan dalam hal kepribadian.
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Profesor. Luh Ayu Saraswati dari University of Hawai setelah melakukan penelitian melalui kisah pewayangan Ramayana.
Dirinya kemudian juga menjelaskan bahwa dalam cerita rakyat tersebut tokoh Shinta sebagai tokoh protagonis yang baik hati.
Dikarenakan tokoh Shinta identik dengan kulitnya yang putih dan cantik.
Sedangkan, karakter antagonis bernama Rahwana yang memiliki sifat buruk justru digambarkan memiliki ciri fisik berkulit gelap dan memiliki citra negatif.
Penggambaran tersebut rupanya menimbulkan stigma bahwa kaum kulit putih cenderung memiliki citra positif.
Sedangkan kaum kulit hitam menjadi suatu stigma negatif.
Seiring berkembangnya zaman kini banyak sekali upaya yang dekonstruksi ras yang dilakukan untuk menghapus superioritas kaum kulit putih, salah satunya adalah melalui dunia hiburan.
Walt Disney tercatat sebagai salah satu orang terkenal di Hollywood yang sering menentang isu superioritas kulit putih lewat film-film animasi buatannya dengan mengangkat prinsip inklusivitas.***
Baca Juga:
- Calon Entrepreneur, Ini Rekomendasi Film Bisnis buat Kamu!
- Sering Lelah? Ketahui 8 Tanda Kamu Terjebak di Circle Pertemanan Yang Kurang Baik
- Mengenal Black Lives Matter yang Kembali Ramai Disuarakan Pasca Kematian George Floyd