Dalam rangka mendukung program link and match, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) Kemendikbud, Wikan Sakarinto, melakukan penyesuaian kurikulum SMK. Terdapat lima aspek perubahan hasil penyesuaian ini.
Mata Pelajaran Mendapat Imbuhan “Terapan”
Mata pelajaran dalam kurikulum SMK yang bersifat akademik dan teori akan lebih diarahkan kepada vokasional. Artinya mata pelajaran yang awalnya hanya “matematika” mendapat imbuhan “terapan” sehingga menjadi “matematika terapan”. Begitu juga dengan pelajaran lain diarahkan pada vokasional.
Prakerin Minimal Satu Semester atau Lebih
“Kedua, magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih. Ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto dalam keterangan tertulis, Sabtu (9/1/2020).
Mata Pelajaran Project Base Learning dan Kewirausahaan
Selain mata pelajaran terapan dan prakerin, pada kurikulum SMK yang disesuaikan ini juga terdapat mata pelajaran project base laerning dan kewirausahaan. Dalam pelajaran tersebut siswa SMK bisa menciptakan ide wirausaha ataupun mengerjakan project.
Mata Pelajaran Pilihan
SMK akan menyediakan mataa pelajaran pilihan selama tiga semester. Misalnya siswa di jurusan teknik mesin bisa mengambil pelajaran marketing. Hal ini sejalan dengan ide kewirausahaan yang telah dibuat.
Ada Co-curricular Wajib Tiap Semester
Ada co-curricular yang wajib diikuti di setiap semester. Misalnya dengan pengabdian masyarakat, membangun desa, dan sebagainya.
“Pada program SMK CoE 2020, kami juga telah memasukkan paket 8+1, sedangkan pada 2021 akan diluncurkan program SMK Pusat Keunggulan (PK), yakni penyempurnaan SMK CoE dengan melibatkan PTV untuk membina SMK,” terang Wikan.
Ditjen Vokasi juga menambahkan bahwa kemendikbud sudah memiliki rencana strategis untuk mencapai tujuan. Misalnya dengan menciptakan lulusan SMK yang kompeten, sesuai kebutuhan industri, dan unggul. Dengan begitu akan terjadi peningkatan produktivitas, daya saing, dan inovasi, hingga memajukan pertumbuhan ekonomi.
“Kami juga fokus dalam peningkatan kemampuan nonteknis dan karakter lulusan agar menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Mampu menjawab tantangan kebutuhan kompetensi masa kini dan mendatang, dan riset terapan yang menghasilkan produk nyata yang dihilirkan ke pasar industri dan masyarakat,” terang Wikan.
Peningkatan Minat terhadap Pendidikan Vokasi
Ditjen Pendidikan Vokasi juga melakukan strategi rebranding untuk meningkatkan minat terhadap pendidikan vokasi. Perwujudan dari strategi tersebut di antaranya pemasaran dengan mengembangkan beragam konten menarik terkait pendidikan vokasi di platform digital.
“Selain media cetak (konvensional), juga dilakukan branding melalui media sosial dalam bentuk video, film maupun lagu, dan lainnya oleh Sekretariat Ditjen dan termasuk yang dilakukan oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Industri (Mitra DUDI),” terang Wikan.
Guna meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, Ditjen Pendidikan Vokasi mendorong para SDM terkait, mencakup pimpinan dan pengajar pada satuan pendidikan vokasi, untuk berani mengimplementasikan beragam inovasi. Lebih dari 3.500 pimpinan dan pengajar SMK telah mendapatkan training mindset, leadership, dan kompetensi produktif di tahun 2020.
Wikan menyampaikan pihaknya akan memberikan dukungan, baik bantuan dana maupun kebijakan, agar dapat menghasilkan SDM yang kompeten, unggul, dan match (hard skills, soft skills maupun karakter nan kuat).
“Kami juga membentuk Forum Pengarah Vokasi (Rumah Vokasi) dengan 50 anggotanya saat ini yang berasal dari para pemimpin dunia usaha dan industri, misalnya Kadin, Apindo, BUMN, asosiasi profesi, dan kawasan industri,” urai Wikan.
Peluncuran Program Peningkatan Minat Pendidikan Vokasi
Wikan menyebut berbagai program yang telah diluncurkan oleh Ditjen Pendidikan Vokasi berdampak pada peningkatan pemahaman dan juga gairah dari satuan pendidikan vokasi maupun dunia usaha dan industri dalam enam bulan belakangan. Hal tersebut dibuktikan dengan berjalannya program “link and match” hasil kolaborasi satuan pendidikan vokasi dengan DUDI.
“Paket 8+1 sudah banyak diwujudkan oleh ribuan SMK serta ratusan perguruan tinggi vokasi (PTV) dan lembaga kursus dan ketrampilan (LKP),” ungkap Wikan.
Menurut Wikan pihak industri juga semakin terbuka untuk bekerja sama dengan satuan pendidikan vokasi.
“Kami pun telah memberikan penghargaan kepada 40 IDUKA (dunia industri, usaha, dan kerja) baik swasta maupun BUMN karena mereka turut membina puluhan, bahkan ratusan, satuan pendidikan vokasi. Mereka semakin menerima karena dengan ‘link and match‘, lulusan pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhannya,” jelas Wikan.
Roadmap Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi
Ditjen Pendidikan Vokasi telah Menyusun roadmap untuk mengasah kualitas pendidikan vokasi dan meningkatkan serapan tenaga kerja bagi lulusan di industri. Langkah-langkah yang disiapkan tersebut antara lain.
- Menciptakan SDM lulusan yang kompeten, unggul, dan sesuai dengan kebutuhan industri skala nasional maupun global.
- Terjadi peningkatan produktivitas, inovasi, serta daya saing yang signifikan hingga memajukan pertumbuhan ekonomi.
- Meningkatkan kesejahteraan dankarirlulusan vokasi lebih baik.
- Menciptakan generasi wirausaha yang tangguh dan inovatif.
- Inputpeserta didik pendidikan vokasi harus passion dengan dunia vokasi.
- Keterlibatan dunia industri dan kerja semaksimal mungkin.
- Peningkatansoftskills dan karakter lulusan agar menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat.
- Mampu menjawab tantangan kebutuhan kompetensi masa kini dan mendatang.
- Riset terapan yang menghasilkan produk nyata yang dihilirkan ke pasar industri dan masyarakat.