Selama ini kita mungkin mengenal api sebagai salah satu elemen materi penyusun alam semesta bersama air, tanah, dan udara.
Tapi, ternyata sains modern membuktikan bahwa api berbeda. Api bukanlah materi namun merupakan efek dari reaksi materi-materi. Reaksi ini biasa kita kenal sebagai reaksi pembakaran.
Pembakaran terjadi ketika bahan bakar bertemu dengan oksigen lalu dipanaskan sampai ke titik nyalanya agar bereaksi. Dari reaksi ini terbentuk uap air dan karbon dioksida. Selain itu reaksi ini juga melepaskan energi besar dalam bentuk radiasi panas dan gelombang cahaya, ini lah yang kita sebut sebagai api.
Nah, sekarang kamu penasaran nggak kenapa warnanya bisa berbeda-beda? Ada yang oranye, kuning, atau biru.
Ternyata, warna api ditentukan oleh seberapa efisien reaksi pembakaran yang dilakukan. Semakin efisien, maka semakin panas suhunya, dan semakin panas suhunya, maka semakin kasat mata radiasi elektromagnetik yang dihasilkan. Dari merah gelap ke oranye, lalu kuning, sampai putih kebiruan. Itulah mengapa pembakaran yang efisien akan menghasilkan api biru. Sementara yang kurang efisien akan bewarna kuning atau oranye.
Baca juga: Perbedaan Diantara Kita
Efisiensi pembakaran sendiri ditentukan oleh kadar oksigen. Jika tidak ada oksigen maka tidak akan ada api. Atmosfer kita terdiri dari 21% oksigen, karena itulah pembakaran akan lebih efisien jika pakai bahan bakar gas karena gas lebih mudah bercampur dengan oksigen di udara saat dipanaskan. Saat memasak, makanan akan lebih cepat matang jika kita memakai kompor gas daripada memakai kompor minyak tanah.
Minyak tanah kurang efisien dalam pembakaran, dari sanalah muncul jelaga. Dari jelaga pula muncul cahaya kuning kemerahan saat dipanaskan. Jadi karakter unsur juga berpengaruh pada gelombang cahaya yang muncul.
Eh, tapi … matahari yang terlihat seperti bola api raksasa bagaimana bisa menyala ya padahal di ruang angkasa hampa udara? Sedangkan sudah dijelaskan bahwa api muncul dari adanya reaksi antara bahan bakar dengan oksigen.
Sebenarnya, matahari merupakan bola gas raksasa yang sebagian besar adalah hidrogen. Dalam inti matahari gas-gas hidrogen bergulat dengan tekanan yang sangat besar dan suhu yang sangat panas. Akhirnya terjadilah suatu reaksi yang efisien untuk menghasilkan energi reaksi fusi nuklir. Dari reaksi ini matahari kehilangan lebih dari 4 juta kilomasa untuk memancarkan energi setara 10 miliar bom hidrogen setiap detiknya.