Hai sobat Campuspedia! Kembali lagi di sesi #BINCANGCAMPUSPEDIA 2.0. Kali ini tim Campuspedia mengangkat tema yang seru lho. Tema yang akan dibahas adalah Fast Track: Berat di Awal berakhir Bahagia. Eits jangan khawatir narasumber kita kali ini sudah pasti berpengalaman di fast track dan spesial banget, kenapa? Dia adalah seorang perempuan muda yang berprestasi dan juga berprofesi sebagai influencer sukses di Surabaya lho. Kira-kira siapa sih dia? Yuk kita kenalan!
Hallo Rana silahkan memperkenalkan diri terlebih dahulu biar kamu dengan sobat Campuspedia lebih akrab.
Hallo semuanya assalamualaikum. Perkenalkan nama aku Rana Adelisa, biasa dipanggil Rana. Saat ini aku kuliah di S2 Magister Sains Manajemen Unair semester 3, dan aku baru lulus juga di S1 Manajemen Unair tepat di bulan Maret 2019. Terus sekarang ini berhubung sudah semester 3 di jenjang S2 jadi udah tinggal thesis aja. Untuk mengisi waktu luang tahun ini alhamdulillah masuk ke paguyuban Cak dan Ning Surabaya.
Wah luar biasa banget kan profil kak Rana. Sobat Campuspedia penasaran nih dengan perjalanan awal Rana di perkuliahan. Gimana sih perjuangan Rana ketika awal masuk kuliah di S1 dan memilih jurusan apa?
Dulu waktu S1 alhamdulillah keterima PTN Universitas Airlangga prodi manajemen melalui jalur undangan alias SNMPTN, dulu aku dari SMA 5 Surabaya. Jalur undangan kan nggak pakai tes jadi kalau dibilang perjuangan itu seperti akumulasi perjuangan ketika SMA. Kan memang kalau undangan dilihat dari grafik nilai terus kemudian sertifikat yang diajukan juga. Nah kalau dibilang perjuangan ya dari awal hingga 3 tahun di SMA gitu sih.
Lalu kenapa sih memilih untuk masuk ke Manajemen FEB Unair?
Jadi waktu SMA dulu kan memang ada penjurusan IPA/IPS. Aku melihat passion dan kesukaan aku dimana sih? Aku merasa aku lebih suka, lebih cinta di pelajaran ekonomi. Basic orang tuaku juga perbankan, jadi suka disitu. Akhirnya waktu SMA aku ambil IPS. Waktu kelas 3 SMA aku mikir enaknya aku mau masuk kemana nih? Entah akuntansi, manajemen, ilmu ekonomi atau ilmu ekonomi syariah? Akhirnya dari keempat jurusan itu aku memilih manajemen, karena disatu sisi aku tidak ingin hanya mempelajari tentang keuangan tapi aku juga pengen memanajemen keuangan dengan baik. Makanya di manajemen pun aku ambil manajemen keuangan, selain itu kan di manajemen Unair ada berbagai konsentrasi seperti manajemen SDM dan manajemen operasi.
Nah lulus dengan predikat mahasiswa terbaik di FEB tahun ini dengan IPK 3,9 itu sulit nggak sih dengan menyeimbangkan kegiatan kuliah dan diluar kuliah?
Sebenernya iyasih susah banget, karena aku percaya suatu hasil yang besar itu pasti membutuhkan suatu usaha dan perjuangan yang besar pula. Disatu sisi aku bukan tipikal orang yang suka belajar terus, aku juga suka berkomunikasi, bersosialisasi dengan orang lain. Makanya aku juga sering kali hadir di undangan event, undangan opening store, dan menerima endorsement. Jadi memang perjuangan terberatnya itu kita harus bisa menyeimbangkan antara dua lini itu. Ketika kita masuk di dunia kerja, itu nggak hanya melulu pengetahuan kita yang digunakan, tapi bagaimana kita berkomunikasi bersama orang, negosiasi, nah karena hal itu sedini mungkin kita menyeimbangkan hal itu.
Pada banyak yang penasaran nih, tips belajarnya Rana seperti apa sih?
Untuk tips belajar yang pertama kita harus menanamkan dalam diri niat kita sebenarnya itu apa. Oh aku pengen jadi gubernur BI nih, pengen jadi dokter, pengen jadi insinyur atau yang lain. Ketika kita udah tau tujuan kita mau kemana, kita akan memiliki semangat melanjutkan ke step-step berikutnya. Ketika kita males, selalu ingat niat dan tujuan awal kita.
Kedua, harus tau cara belajar yang bikin kita nyaman itu seperti apa. Kan banyak ya tipe belajar, ada orang yang sekali diajari gurunya langsung nangkep, ada yang harus ditulis dulu, ada yang harus di stabilo-in warna-warni itu tergantung masing-masing orang. Kalau aku, aku nyamannya ketika guruku ngomong itu aku selalu mencatat, entah itu aku paham apa nggak aku selalu catat dulu. Terus bukuku mesti aku stabilo-in mana yang penting, warna-warni. Jadi waktu aku baca, aku semangat dan tertarik. Ada juga dari kalian yang lebih paham ketika mendengarkan, kalian bisa lihat di youtube penjelasan-penjelasannya, bisa juga tutor dan belajar bareng.
Ketiga, harus fokus. Jangan malu di anggep ambis duduk di depan karena sepengetahuanku, ketika kita duduk di depan kita akan semakin konsentrasi. Setelah fokus, kita harus konsisten. Kalau mau belajar ya belajar, pikirannya apa yang dikelas jangan mikir yang lain dulu. Ketika ngerjain tugas dirumah kita kerjain dulu jangan di sampingkan dengan kegiatan yang lain.
Gimana sih numbuhin semangat kalau lagi down menurut Rana?
Keadaan lagi dibawah kan nggak melulu masalah percintaan ataupun masalah keluarga, mungkin bisa di persahabatan, pekerjaan dan setiap orang pasti pernah merasakan itu. Nah untuk meningkatkan semangat ketika lagi dibawah itu adalah kita harus tau tujuan awal kita. Kemudian, kita itu harus tau kita hidup untuk apa. Ada orang yang tujuan hidupnya membahagiakan orang tua dan keluarga. Yaudah nggak papa jadikan itu semangat. Selalu inget aja apa yang kalian tuju, karena untuk meningkatkan semangat itu ya dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain. Percuma orang tua memberikan segala support, seperti materi, atau diberi kesempatan les disini kalau kitanya nggak ada niatan semangat ya itu bakalan percuma.
Wah bermanfaat sekali tipsnya bikin kita semangat ya menempuh pendidikan. Beranjak ke S2. Pernah bimbang nggak sih untuk S2? Lalu kenapa mutusin untuk ngambil S2?
Pertama bimbang banget. Fast track di FEB Unair pertama kali ada di tahunku saat akan fresh graduate dari S1. Pertimbangan aku langsung ambil S2 karena, pertama, ada kesempatan. Nah tahun ini dibuka program fast track S1-S2 yang itu hanya ada di jurusan manajemen. Lanjutnya aku milih ke magister sains manajemen.
Nah mungkin banyak yang belum tau, bedanya magister manajemen dan magister sains manajemen adalah kalau magister manajemen itu buat praktisi, biasanya kuliahnya malem. Jadi yang kuliah itu biasanya udah kaya pejabat lah, petinggi-petinggi korporat. Kalau magister sains manajemen memang jalurnya edukasi, biasanya jalurnya dosen, akademisi, jadi lebih fokus ke materinya bukan prakteknya.
Selain itu ada penawaran menarik untuk mahasiswa fast track. Pertama, kita free biaya gedung yang mana biasanya kalau reguler bayar biaya gedungnya 10 juta. Kedua, bebas biaya martikulasi sebesar 1 juta. Terus biaya kuliahnya itu nggak double S1-S2 tapi salah satunya saja, bisa hanya bayar UKT S1 saja S2-nya gratis. Jadi kalau di total hemat sekitar 22 juta. Nah aku merasa ini kesempatan yang nggak semua orang dapet. Selain itu orang tua juga support. Beberapa pekerjaan yang kualifikasinya itu minimal S2 terutama dibutuhkan ketika ingin naik jabatan.
Jadi apa saja sih persyaratan untuk Fast track? Apa harus punya nilai yang selangit?
Kalau persyaratannya itu nggak nilai selangit. Bahkan di manajemen Unair ini fast track itu minimal IPK-nya 3,5 dan setau aku ada temanku yang daftar dengan IPK 3,6 juga lolos walaupun memang rata-rata diatas 3,7.
Persyaratannya yang pertama, kita setor transkrip kita. Nah ada juga nih anak yang IPKnya tinggi tapi karena sering ngulang, dari transkrip itu kelihatan apakah nilai ini hasil mengulang atau nilai real.
Kedua, dari nilai toefl kita. Score-nya cukup lumayan tinggi yaitu 475. Kalau di S1 Unair kan 450 karena kita jenjangnya di S2 di Unair standart-nya 475. Nah yang belum lulus segara di coba-coba lagi, karena setau aku di FIB unair toefl-nya nggak selalu ada. Untuk biaya Toefl juga macam-macam mulai dari yang murah 60 ribu sampai ratusan ribu. Beruntung kalau sekali tes langsung dapet score 480 atau 500. Nah sertifikatnya bisa digunakan untuk daftar beasiswa atau daftar fast track. Makanya di coba-coba itu dulu.
Ketiga, surat rekomendasi dari KPS dan kaprodi. KPS itu ketua program studi di S2. Formulirnya udah ada di kampus, tinggal minta aja. Jadi minta surat rekomendasinya ke KPS S1 dan KPS S2. Nah ini yang gong nya, karena untuk mendapatkan surat rekomendasi ini susah. Susahnya kenapa? Karena tidak semua mahasiswa mendapakan surat ini. Dilihat dari mana? Dari ketika ketika kita meminta tanda tangan, beliau seperti melakukan wawancara, walaupun tidak tertulis seara formal. Ini aku bocorin ya, baru share disini. Ketika aku bertemu dengan Bu Masmirah sebagai orang nomer 1 di S1 FEB Unair itu aku diwawancarai dengan santai tapi langsung pada poinnya. Bocorannya gini “kenapa kamu mau ambil S2?”, “cita-citamu apa?”. Ya kurang lebih seperti itu pertanyaannya. Itu yang di S1.
Di S2 kita juga minta formulirnya. Nah disitu mereka juga punya penilaian sendiri, seperti, bagaimana perilakunya. Itu ada penilaiannya. Kalau sudah mendapat persetujuan tinggal di berikan ke seketariat S2. Nanti akan dihubungi lebih lanjut keterima atau nggak nya.
Nah itu udah dapat bocoran juga ya dari Rana terkait persyaratan fast track. Gimana nih suka dukanya menjalani fast track? Sekarang kan sudah S2 apa pelajarannya lebih berat?
Pertama, memang banyak dukanya karena waktu itu aku bener-bener ngerasain struggle-nya waktu tahun pertama fast track. Jadi waktu aku ngerjain skripsi untuk S1, aku juga sambil kuliah di S2. Kuliah S2 di Unair itu amazing banget. Anaknya cuman 11 orang per kelas ada juga yang 6 orang di kelas pemasaran. It means S1 yang kelasnya berisi 80-an orang terus ketemu di kelas S2 yang sedikit jadi mau nggak mau masuk kelas dalam kondisi siap, karena kalau nggak siap ada penilaiannya. Jadi mau nggak mau sebelum masuk kelas kita harus belajar dulu. Kuisnya juga bejibun hampir tiap minggu ada. Presentasi juga. Kalau di S2 hampir tiap minggu presentasi 2x dengan materi yang susah-susah. Disaat yang bersamaan aku juga input data, spss, belum lagi nyusun skripsi, bimbingan sampai malam dan sebagainya itulah suka dukanya.
Gimana caranya menyeimbangkan waktu ketika S1 dengan dunia entertaiment terutama ketika ada event?
Kalau anak manajemen atau ekonomi pasti tau ada konsep opportunity cost atau biaya peluang. Ketika kita mengambil suatu hal pasti juga ada suatu pengorbanan. Itu aku rasakan banget ketika aku fokus di satu hal terutama di akademisi aku juga mengorbankan job-job dari brand-brand yang besar dan nilainya tinggi. Ada 3 atau 4 event dikalikan 1 semester. Aku hanya ambil paling sebulan sekali sampai dua kali job. Endorsement dan foto katalog juga udah aku kurangin. Ngerasa eman banget tapi nggak-nggak karena tujuan awalku adalah pendidikan. Jadi karena aku udah ada cita-cita pengen jadi ini, aku harus berpendidikan tinggi, maka hal-hal yang lain aku kesampingkan. Alhamdulillah sekarang juga ada aja job-nya, jadi rezeki udah ada yang ngatur.
Tipsnya utamanya adalah buat target dulu. Buat to do list, kalian bikin target, bikin deadline sendiri. Misalnya, minggu ini aku harus selesai bab 1 atau dalam satu bulan ini aku harus selesai input data. Nah kalau udah ada target kita juga harus menentukan range waktu dalam mengerjakan mana yang lebih dahulu. Terus dengan begitu kita bisa milih-milih event. Misal di weekend ada event nah nggak papa diterima, buat diri rilex dan nggak jenuh. Nah jauh di hari H event yang mepet dengan deadline input data ya kita bener-bener kerjain itu lebih awal. Jadi target ku kelar dan aku bisa hadir event. Sometimes, kita perlu me-reward diri kita, seperti bisa hadir event, facial atau melakukan sesuatu yang kalian suka.
Wah benar ya ketika sudah ada ditingkat yang lebih tinggi rintangannya juga semakin besar. Lalu setelah S2 ini memilih bidang apa? Akademisi, perusahaan, pemerintahan, hiburan atau ingin lanjut doktoral?
Sebenarnya itu sampai sekarang masih jadi perdebatan di dalam keluarga, karena statusnya juga adalah wanita gitu kan. Tugas sesungguhnya wanita adalah menjadi istri dan seorang ibu, bener kan? Kalau cita-cita terbesar itu sebenarnya ingin di Bank Indonesia, karena kedua orang tua sama-sama di bank dan mereka bilang “kalau kamu mau masuk bank harus Bank Indonesia, karena struggle-nya di bank-bank lain seperti di BUMN ataupun di swasta itu sangat berat banget targetnya. Kalau BI kan bank sentral yang mengawasi bank-bank di bawahnya jadi bukan target yang harus ini itu. Memang juga berat tapi dari segi kesejahteraan itu lebih terjamin, dari benefit juga lebih besar. Tetapi kalau di situ harus siap penempatannya di luar pulau di seluruh Indonesia apalagi untuk anak-anak baru. Itu biasanya juga berlaku di multi-national company harus siap dilempar. Nah pertanyaannya apakah siap? Kakakku yang kerjanya juga diluar itu kontraknya 2-5 tahun nggak boleh keluar. Kalau keluar ada pinalti yang di bayarkan dan itu puluhan juta sampai ratusan juta. Jadi ketika kalau udah diterima di perbankan atau company harus tahan bertahun-tahun, sedangkan bisa jadi ada pertimbangan LDR mungkin atau ada tujuan hidup yang lain.
Nah dari situ orang tua menyarankan jadi dosen aja di Unair aja kan waktunya lebih fleksibel. Nah namanya orang tua diimbuhi “nanti kan ilmunya akan mengalir, mendapatkan pahala di masa mendatang”. Kalau mau jadi dosen juga harus siap penelitian, karena di Unair ada target kalau nggak salah minimal 2 publikasi. Jadi masih ada pada dua pilihan, apakah mau jadi dosen muda dan pasti lanjut ke jenjang doktoral atau berkecimpung ke perbankan, kemekeu, corporate. Masih mau searching-searching dulu jadi mohon doanya.
Apakah di seluruh universitas dan di setiap fakultas ada program fast track?
Tidak semua fakultas di Unair itu ada fast track, setau aku hanya beberapa fakultas aja dan tidak semua univ ada jalur fast track. Untuk teman-teman yang masih SMA bisa kalian searching-searching dulu fakultas mana saja yang menyediakan program ini jika kalian pengen mengikuti.
Ada nggak sih fast track untuk S3?
Setauku ada, tapi bukan fast track. Jadi ada kakak kelasku yang habis S2 langsung S3. Kayaknya itu kuliahnya nggak bersamaan. Jadi habis S2 langsung lanjut S3 tapi juga di Unair. Bisa searching-searching sendiri dari info beasiswa seperti LPDP, atau website fakultas dan universitas.
Pesan-pesannya dong untuk seluruh mahasiswa di Indonesia yang ingin melanjutkan studi terutama ikut program fast track!
Secara keseluruhan, kita harus tau apa yang kita ambil itu apa saja resikonya, semakin tinggi resikonya semakin tinggi rintangannya. Jangan pernah takut untuk mencoba hal-hal baru karena kalau kita nggak pernah coba terjun kita nggak akan pernah tau gimana hasilnya. Kalau kalian sudah punya tekad untuk ambil fast track nih ya gimanapun susahnya, kalian sudah nyemplung ya kalian harus menyelesaikan. Jangan setengah-setengah, kalau sudah basah ya sekalian basah. Kalau kita menyerah ditengah jalan, kita nggak akan pernah tau apa yang akan kita raih. Ketika kita sudah mengambil keputusan yang di ambil secara matang-matang ya kita harus bisa menyelesaikan keputusan itu. Kita nggak bisa mengulang waktu dan kesempatan tidak datang dua kali.